REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merebaknya virus zika beberapa waktu lalu membuat setiap orang lebih waspada disertai kekhawatiran. Beberapa peneliti bahkan menghawatirkan virus tersebut memiliki efek bagi bayi yang ada dalam kandungan.
Semakin meningkatnya jumlah penderita virus zika yang menyerang ibu hamil, terjadi peningkatan pula kasus mikrosefali atau kondisi di mana kepala bayi memiliki ukuran lebih kecil dari bayi normal. Simpulan tersebut disebabkan hasil CT scan otak bayi menunjukkan tanda munculnya kelainan tersebut berhubungan dengan penyakit menular daripada genetik.
Data pada 2014 juga menunjukan, sebanyak 150 kasus mikrosefalia terjadi di seluruh Brazil, dan 3.893 kasus yang sama pada 2015 yang di dominasi daerah Pernambuco. Sehingga peneliti semakin yakin mikrosefalia disebabkan oleh virus zika.
"Meskipun hubungan sebab akibat antara infeksi zika dalam kehamilan dan mikrosefalia tidak ada, dan saya harus menekankan bahwa itu belum ditetapkan, bukti tidak langsung adalah sugestif dan sangat mengkhawatirkan," ujar Direktur Jendral World Health Organization (WHO) Margaret Chan dikutip dari Japantimes, Selasa (16/2).
Hal senada juga disampaikan oleh ahli perkembangan saraf yang mempelajari mikrosefali di Federal University of Rio de Janeiro di Brazil, Patricia Pestana Garce. Dia menyatakan tidak ada bukti langsung antara hubungan virus zika dengan kasus mikrosefali. Tapi, dia juga tidak bisa menyarankan semua orang untuk menolaknya sebab masih belum ada bukti yang cukup kuat.
(Baca Juga: Vaksin Zika Diprediksi Hadir 18 Bulan Lagi, Mengapa?)
Di saat peran virus zika sebagai penyebab mikrosefalia pada anak-anak sedang dipelajari, beberapa aktivis lingkungan justru menaruh perhatian pada peran pestisida sebagai penyebab yang mungkin menyumbang kelainan pada anak-anak. Mereka mencurigai bahan kimia seperti paraquat yang diklasifikasi beracun di Amerika masih digunakan di Brasil. Bahkan zat ini sering digunakan di timur Brasil, yang mana daerah tersebut menjadi wilayah penyumbang kasus mikrosefalia.
Paparan beberapa jenis pestisida dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kehilangan memori, kehilangan koordinasi, efek perilaku dan keterampilan motorik berkurang. Di samping itu, pestisida dapat menyebabkan asma, alergi, kanker, gangguan hormon, dan masalah reproduksi dan perkembangan janin, seperti mikrosefalia. Anak-anak berisiko lebih besar terkena efek pestisida karena ukurannya yang kecil dan karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya dikembangkan.