REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penderita gangguan bipolar memiliki kondisi mood yang sangat cepat berubah antara depresi dan mania, sehingga mereka butuh perhatian dan didengar jika penyakit kejiwaan itu kambuh.
"Saat depresi sebenarnya yang sangat dibutuhkan adalah perhatian bukan dinasehati, begitu juga saat dalam kondisi mania hanya butuh didengar," kata Budi Putra, salah seorang penderita gangguan bipolar di Jakarta, Kamis (30/3).
Budi yang saat ini bekerja sebagai advisor perusahaan IT dan pendiri Yahoo Indonesia itu mengatakan saat tengah mengalami mood yang berubah tersebut ia akan mengurung diri di ruang kerjanya di lantai dua rumahnya.
Beruntung keluarga Budi sudah mengetahui kondisinya sehingga sangat memahami ketika periode perubahan mood itu terjadi dan tidak berupaya untuk memberikan nasihat dikala ia depresi tapi tetap memberikan dukungan. "Kondisi ini hanya berlangsung sekitar 10 menit, jadi keluarga saya sudah paham. Ini pentingnya terbuka dan memberitahukan kondisi yang sebenarnya kepada keluarga dan lingkungan," katanya.
Jika muncul periode manik dimana penderita menjadi sangat kreatif dan ide-ide bermunculan, menurut dia saat itu menjadi waktu yang positif terutama bagi rekan sekerja. "Saat muncul periode manik, bisa sampai 10 ide yang muncul, tapi sebetulnya cukup didengar saja tidak perlu direalisasikan karena kadang ide itu juga tidak bisa dijalankan," tambah dia.
Budi yang juga mantan jurnalis Tempo itu mengatakan indikasi gangguan bipolar muncul sejak ia di bangku kuliah. Namun baru beberapa tahun kemudian ia tahu bahwa ia mengalami gangguan kejiwaan itu.
"Saya baca-baca dan dari ciri-ciri gangguan bipolar hampir sebagian besar saya alami. Yang paling saya rasakan dalam kurun waktu lima tahun periode perubahan mood itu berlangsung berulang, lalu saya langsung berkonsultasi," tambah dia.
Tapi Budi mengaku ia bisa mengendalikan diri sehingga tidak membutuhkan obat lebih lanjut, disamping itu, karena keterbukaan dengan keluarga sehingga istri dan anaknya tahu kondisinya dan dapat memahami serta memberikan dukungan.
Hal itu dibenarkan oleh pakar yang juga Kepala Departemen Psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr AAA Agung Kusumawardhani, bahwa perhatian keluarga dan lingkungan sangat penting untuk mendukung para penderita gangguan bipolar.
"Hal yang sangat penting lagi, lingkungan dan keluarga harus mencermati kondisi penderita. Misalnya keseharian pribadinya biasa saja tapi suatu waktu sangat kreatif dan yang paling gampang untuk mengetahuinya adalah perubahan pola tidur, mereka seakan tidak butuh tidur," kata Agung.
Selain itu, perlu dicermati kecenderungan penderita bipolar yang mengalami periode depresi berat agar tidak dibiarkan sendiri dan menjauhkan barang-barang berbahaya karena ada kecenderungan bunuh diri.
Bipolar adalah gangguan yang ditandai oleh adanya periode perpindahan mood, pikiran, energi dan perilaku. Pasien mengalami perubahan mood yang sangat dramatis dari mood yang meningkat atau disebut manik/hipomanik, menjadi mood yang sangat menurun atau depresi.
Di antara episode perubahan mood tersebut dapat terjadi periode mood normal atau eutimik. Terdapat risiko terjadi kekambuhan menjadi mania atau depresi, hipomania atau campuran.
Indikasi gangguan bipolar yaitu pada periode depresi ditandai dengan hilangnya minat, mulai menarik diri, tidak produktif dan berpikiran pesimis, biasanya bisa berlangsung minimal dua minggu.
Pada periode manik, kebalikan dari periode depresi dimana penderita seakan memiliki kelebihan energi, menjadi sangat kreatif dengan banyaknya ide-ide atau gagasan bahkan tidak jarang tidak butuh tidur. Periode ini hanya butuh waktu seminggu.
Sementara periode hipomania lebih ringan dari manik dan mood menetap minimal empat hari. Sedangkan periode campuran, kadang mengalami manik dan depresi dalam periode tertentu paling sedikit satu minggu.