REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lydia Natalia, seorang barista yang mewakili PT Sari Coffee Indonesia memenangkan kompetisi Indonesia Tea Brewing Competition (ITBC) 2019 . Kepala Juri ITBC 2019 sekaligus Humas AISTea Ratna Somantri mengatakan Lydia keluar jadi pemenang karena sangat menguasai pengetahuan teh, teknik penyeduhan, dan memiliki attitude yang baik sebagai brewer.
"Penyampaian presentasi juga dilakukan dengan cara menarik dan mudah dipahami, sehingga membuat orang yang mendengar tertarik dengan teh dan perkebunan tehnya," kata Ratna dalam keterangannya.
Selain itu, Lydia juga dinilai memiliki teknik menyeduh teh yang tepat. Meskipun menggunakan alat seduh moderen saat mengikuti lomba, namun penyeduhan yang sempurna membuatnya dapat menonjolkan kelebihan dan menutupi kekurangan tehnya.
Teh yang diseduh Lydia adalah silver tip white tea dari Perkebunan Teh Liki. Menurut Ratna, teh tersebut akan terasa sangat ringan jika diseduh oleh orang yang tidak memahami caranya.
"Tapi, Lydia bisa membuat tehnya menjadi aromatik dengan kompleksitas rasa yang membuat peminumnya sangat menikmati setiap tegukan tehnya. Tidak hanya itu, rasa yang ditinggalkan manis, membuat tehnya menjadi istimewa," kata Ratna.
Alasan berikutnya yang membuat Lydia unggul adalah rasa yang seimbang. Pada kategori signature beverage, Lydia juga menggunakan white tea dari Liki, namun diolah dengan metode cold brew dan menambahkan buah serta kayu manis.
Menurut Ratna, pembuatan minuman ini tergolong sederhana, tapi well balanced alias seimbang. Bahan tambahannya tidak menutupi tehnya, namun justru mengangkat kelebihannya sehingga menjadi lebih kuat.
"Minuman teh Indonesia tersebut begitu elegan, disajikan dengan cantik tanpa terlalu banyak aksesoris," ucapnya.
Sikap atau attitude juga menjadi poin plus bagi Lydia memenangkan kompetisi tersebut. Lydia menunjukan profesionalisme selama presentasi dan menyajikan teh. Menurut Ratna, sikap seperti itu sangat penting bagi seorang tea brewer.
"Prinsipnya tea brewer itu melayani orang yang meminum teh. Kita harus memperlakukannya dengan hormat. Ini prinsip yang sudah ada sejak dulu teh dikenal di Cina dan masih harus dipakai di era modern," jelas Ratna.
Adu kreativitas sangat menonjol dalam kategori Signature Beverage. Tiap peserta menampilkan bebagai bahan campuran, lengkap dengan aksesorisnya yang menarik.
Meskipun demikian, Ratna mengatakan, bahan campuran dan aksesoris tersebut bukan segalanya. Sebab, yang ditonjolkan haruslah tetap teh.
"Banyak yang bikin minuman signature pakai segala macam kehebohan, tapi melupakan teh sebagai karakter utamanya," ujarnya.
Menurut Ratna, signature drink yang baik harus bisa membuat teh yang biasa menjadi luar biasa. Misalnya saja yang dilakukan pemenang Best Siganture Beverage Cakra Virajati. Pada ITBC 2019, dia menggunakan teh Sencha dari Perkebunan KBP Chakra di Ciwidey, Bandung.
Minuman itu ditambahkan tomat untuk menguatkan rasa umami dari teh tersebut. Selain itu, Chakra juga menambahkan jeruk limau untuk kesegaran dan tabasco untuk kejutan.
"Hasilnya, rasa baru bisa tercipta dalam minuman itu, namun tehnya tetap terasa. Rasa barunya membuat orang menerka-nerka, ini apa ya? Ada efek wow juga," ujarnya.
Pemenang utama akan diberangkatkan untuk meninjau Kompetisi Menyeduh Teh Tingkat Dunia di Shanghai, Cina, pada Mei 2020. Para pemenang juga mendapatkan hadiah seperangkat alat menyeduh teh dari sponsor, kelas private bersama Ratna Somantri dan William Wongso, dan tur ke perkebunan teh di Ciwidey.