Senin 01 Jun 2015 03:10 WIB

Pengungsi Rohingya Harap Myanmar Seperti Indonesia

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seorang relawan mengajar anak imigran etnis Rohingya asal Myanmar di tempat pengungsian sementara di Beyeun, Aceh Timur, Aceh,  (31/5).  (Antara/Zabur Karuru)
Seorang relawan mengajar anak imigran etnis Rohingya asal Myanmar di tempat pengungsian sementara di Beyeun, Aceh Timur, Aceh, (31/5). (Antara/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Salah satu pengungsi Rohingya yang berada di Indonesia berharap negara asal mereka Myanmar bisa seperti Indonesia. Meski banyak penganut agama berbeda, Indonesia dinilai sebagai negara yang damai.

Salah satu pengungsi Rohingya, Muhammad Toyub mengatakan, sejak berada di Indonesia tahun 2012, dia melihat banyak sekali kebaikan yang diperlihatkan warga Indonesia.

Meski datang sebagai imigran gelap, pemerintah Indonesia bersifat baik dan membantu pengungsi Rohingya untuk mendapatkan kehidupan sementara sebelum berangkat ke negara ketiga sebagai tempat suaka mereka.

"Kami ingin negara Myanmar bisa tenang seperti Indonesia. Walaupun negara ini memiliki banyak perbedaan, tapi Indonesia memiliki nilai hak asasi manusia yang baik," ujar Toyub, dalam acara silaturahmi bersama FKUB, Ahad (31/5).

Toyub menjelaskan, perbedaan agama di Myanmar terhadap Etnis Islam Rohingya sangat jelas. Mereka dikucilkan, bahkan tak kerap dibunuh ditempat-tempat terbuka seperti jalan raya hingga pantai sekalipun.

Hal inilah yang membuat etnis Rohingya memilih untuk meninggalkan Myanmar dan mencari penghidupan baru dari pada bertaruh nyawa di Myanmar.

Melihat kedamaian di Indonesia, Toyub juga berharap Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Indonesia bisa menjembatani mereka untuk mendamaikan Myanmar.

Sehingga jika Etnis Rohingya nantinya pulang ke kampung halaman. Mereka tidak akan lagi merasakan kekerasan dan pengkucilan, untuk hidup layaknya manusia normal.

Sementara kepala FKUB Sulsel Rahim Yunus mengatakan, kerukunan antar umat di Indonesia yang menyatukan agama Bundha, Islam, Hindu Konghucu, Kristen dan Protestan bukan hanya dilakukan dikalangan elit. Namun masyarakat biasa pun wajib untuk menjunjung kerukunan beragama ini.

Selain itu, dia meyakinkan bahwa semua umat beragama telah diajarkan untuk berbuat baik kepada sesama. Ajaran agama pun tidak mengajarkan untuk menodai agama lain apalagi sampai membunuh seperti yang dilakukan di Myanmar.

"Indonesia mempunyai Pancasila sebagai dasar negara untuk mendirikan kerukunan umat beragama. Dan saya yakin kita semua wajib mendorong hal ini termasuk dalam membantu Etnis Rohingya," ungkap Rahim.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement