Di sebuah dojo atau perguruan bela diri ala Jepang Jl Kopo Citarip Timur II, Kota Bandung, sejumlah pe rempuan terlihat serius me merhatikan teknik-teknik beladiri yang dicontohkan sensei (guru dalam bela diri). Namun, tidak seperti perguruan beladiri pada umum nya. Pada saat latihan, mereka tidak memakai seragam khusus. Pakaian mereka adalah pakaian sehari-hari yang biasa dikenakan saat beraktivitas.
Bahkan, saat latihan, mereka ada yang mengenakan tas dan mengenakan selendang. Tanpa teriakan-teriakan keras, mereka mempraktikan jurusjurus bela diri. Ya…layaknya, aksi para ninja dalam film-film laga Jepang. Dengan cepat dan tangkas, mereka menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik bela diri itu di antaranya berupa teknik bantingan dan kuncian untuk menaklukan lawan dengan singkat.
Meski perawakan para pe serta terliat biasa-biasa saja, dan tampak lembut, tapi dengan kepiawaian teknik yang mereka kuasai, para sensei sebagai pelatih mereka yang juga berperan sebagai pelaku dalam simulasi tindak kejahatan, tidak habisnya dibanting.
Sesekali, para wanita can tik itu pun terlihat berdisikusi satu sama lain berkaitan dengan tenik beladiri. Harapan nya, dengan menguasai teknik beladiri itu, mereka bisa me mecahkan persoalan-persoalan atas tindak kejahatan yang kerap terjadi di lapangan, terutama yang biasa terjadi pada kaum hawa.
Ya, mereka adalah perempuan- perempuan tangguh yang tergabung dalam ‘Women Self Defense of Kushin Ryu’ (WSDK). Mereka terdiri dari berbagai kalangan seperti ibu rumah tangga, karyawan hingga istri-istri pejabat. Sejak dibentuk pada 2007 lalu, WSDK telah meluluskan lebih dari 200 perempuan.
Dalam sesi latihan, para peserta dikondisikan pada situasi nyata dilapangan. Bagaimana harus bertindak dan melakukan teknik beladiri secara efektif dan efisien secepat mungkin utuk melumpuhkan lawan. "Dengan teknik karate dan jujitsu, bagian tubuh dan bermacam benda yang akrab dengan perempuan bisa menjadi senjata yang am puh dalam menaklukan lawan. Tubuhku, senjataku," kata sensai Eko Hendrawan.
WSDK lahir berawal dari kegelisahan shihan (guru dengan tingkat DAN tinggi) Sofyan Hambally dalam menyi kapi kondisi di Tanah Air yang se makin tidak kondusif, khususnya bagi kaum perempuan. "Hampir setiap hari selalu saja ada kabar yang tragis menimpa perempuan," kata nya.
Hal inilah, ujar penyandang DAN VI karate dan jujitsu aliran Kushin Ryu, yang kemudian mendasarinya un tuk membentuk komunitas bela diri praktis untuk perempuan. Harapannya cukup sederhana, yakni perempuan harus diberdayakan. "Perempuan harus bergerak, mendorong dirinya untuk mengembangkan diri dan memberda yakan kekuatan besarnya yang tersembunyi. Kekuatan itu harus diolah," katanya.
Seorang peserta WSDK Faaz Fitriah mengatakan, mengaku prihatin dengan peristiwa atau tindakan pelecehan seksual yang terjadi pada kaum hawa. Tak hanya remaja, tapi juga anak-anak perempuan yang masih belum cukup umur. "Miris rasanya melihat tayangan di media televisi mau pun cetak tentang keke rasan dan pelecehan terhadap wanita," ujarnya.
Meski aparat berwajib te lah seoptimal mungkin me lakukan penindakan, tapi tak sedikit juga yang lolos dari aksi para penjahat kelamin tersebut. Makam saat ini, sangat penting bagi para perempuan mempunyai keahlian dalam ilmu bela diri.
"Saat dihadapkan dengan kondisi kritis, dengan ilmu bela diri kita dapat melaku kan perlawanan untuk me nye lamatka diri. Setidak-tidaknya kita tidak mati konyol. Kalaupun hingga meninggal, kita mati syahid," ka ta wanita ber jilbab asal Jakarta ini memberikan alasan mengikuti pelatihan beladiri tersebut.
Sebuah pengalaman berharga juga pernah dialami Anaway Irianti Masur yang telah aktif cukup lama berlatih di WSDK. Dalam sebuah perjalanan daerah Semaggi, Kota Jakarta, ibu asal Jakarta ini, berhasil membuat para perampok yang akan mengambil kaca sepion mobilnya kabur. Meski tidak terjadi kontak fisik secara langsung, namun dengan keberanian Anaway menghadapi perampok, sehingga tindak kejahatan tersebut gagal.
"Saat kejadian, saya langsung turun dari mobil dan melabrak perampok itu. Satu orang kabur, tapi satu lagi ngancam pakai pistol," ujarnya. Namun, perempuan berjilbab ini malah menantang ba lik perampok jalanan tersebut. "Terus saya samperin, ber teriak sambil pasang kuda-kuda. Akhirnya, pencurinya ti dak jadi mencuri spion mo bil saya. Mereka lari," kata Ana way bersemangat.
Menurut sensei Eko, kondisi tersebut memang diajar kan di WSDK. Selain, mampu melakukan teknik bela diri, maka sebelum melangkah mem pela jari teknik-teknik dasar, maka pelatihan hal-hal yang berkaitan dengan nonteknis juga me rupakan bagian terpenting yang perlu dilatih. Seperti bagai mana menghilang kan rasa takut, melatih kepekaan, keberanian bertindak, dan refleks serta kecepatan.
Dengan pelatihan-pelatih an seperti itu, akhirnya menempatkan perempuan menemukan identitas dirinya. "Ingat, kekuatan diri dipengaruhi oleh mindset kita. Buang jauh stigma bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah," ujar dia.
Caranya, bangun kekuatan dengan memberi sugesti dan berpikiran positif bahwa membangun kekuatan menjadikan perempuan itu tidak lemah. Perempuan itu lembut, tapi bukan berarti lemah. "Dalam kelembutan tersimpan kekuatan, itu motivasi yang selalu diajarkan WSDK," ujar atlet karate nasional di 1994 dan konseptor komunitas WSDK ini. rep:edy yusuf ed: agus yulianto