Senin 22 Jul 2013 06:20 WIB
Front Pembela Islam

FPI Jateng Berjanji Patuhi Polri

 Massa Front Pembela Islam (FPI) menggelar aksi demonstrasi menolak pencabutan perda pelarangan minuman keras.
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Massa Front Pembela Islam (FPI) menggelar aksi demonstrasi menolak pencabutan perda pelarangan minuman keras.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ormas Front Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah (Jateng) berjanji lebih kooperatif dengan pihak kepolisian. Menyusul insiden bentrok massa di Sukorejo, Kendal, Jateng, yang mengakibatkan seorang meninggal dunia, Kamis (18/7), FPI pun siap menempuh jalur hukum.

“FPI Jateng sudah berjanji untuk lebih konstruktif dalam kegiatan mereka di Jateng dan bermitra dengan Polri. Karena, hanya Polri yang berkompeten melakukan penertiban,” kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Polisi Ronny F Sompie, kemarin.

Kasus keributan FPI dan sejumlah warga Sukorejo, menurut Ronny, telah dimediasi agar tidak terulang lagi. Selain itu, situasi di lokasi tersebut kini telah kondusif kembali. Adapun penyebab tabrakan yang mengakibatkan seorang wanita meninggal dunia dalam insiden bentrokan di Kendal masih diselidiki. “Saat ini, dilakukan penyidikan khusus penyebab tabrakan,” katanya.

Selain itu, pihak FPI mengatakan bahwa peristiwa di Kendal bukan diawali aksi sweeping. Pihak FPI berkilah telah memercayakan polisi untuk menertibkan segala praktik kemaksiatan pada Ramadhan. “Kami tidak pernah berniat melakukan sweeping di Kendal, waktu itu kami hanya melakukan pawai simpatik saja. Sebab kami telah sepakat, yang berhak melakukan sweeping dan penertiban hanya aparat kepolisian,” kata Ketua DPW FPI Temanggung Burhanuddin di Yogyakarta, Ahad (21/7).

Bentrok pada Kamis menyebabkan sejumlah anggota FPI dan warga setempat luka-luka, satu unit mobil bernomor registrasi AB 7105 SA milik FPI dibakar massa, serta beberapa mobil lainnya rusak terkena lemparan batu.

Ia mengatakan, sebelum melakukan aksi pawai, FPI pun telah berkoordinasi dengan Polsek Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal. Pihak kepolisian hanya menekankan kepada FPI untuk meminimalisasi massa pawai.

“Karena hanya pawai sehingga kami hanya membawa massa yang terdiri atas anak-anak dan orang tua saja. Polisi juga sebelumnya telah menginstruksikan kami untuk meminimalisasi massa,” katanya.

Menurut Burhanuddin, pawai simpatik tersebut hanya mengajak kepada masyarakat untuk lebih menghormati bulan puasa tanpa memiliki niatan untuk melakukan aksi kekerasan. Selain itu, katanya, alasan pemilihan Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, sebagai tujuan pelaksanaan pawai disebabkan wilayah tersebut hingga saat ini masih marak dengan sebagai pusat judi toto gelap (togel) di Kendal.

“Kami melakukan pawai juga tentu ada tujuannya. Tujuan itu berdasarkan keluhan masyarakat bahwa di daerah itu marak judi togel dan lokalisasi yang disamarkan tempat karaoke,” katanya.

Terkait insiden yang terjadi antara warga dan anggota FPI, ia menegaskan kembali bahwa kejadian itu bukan dipicu karena penolakan warga terhadap aksi sweeping. Melainkan ketidaknyamanan sekelompok preman dengan kehadiran FPI.

“Pada Kamis, sebelum aksi bentrok terjadi, kami hanya akan mengadakan buka puasa bersama masyarakat. Namun, preman menghadang kami dan akhirnya terjadi bentrok. Kalau kami dari awal tahu dan berniat siap bentrok, tentu jumlah massa sudah kami siapkan,” ujar Burhanuddin.n antara ed: abdullah sammy

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement