Jumat 06 Sep 2013 03:47 WIB
Perdamaian Palestina-Israel

Israel Tawarkan Mundur dari Tepi Barat

Pemukiman Yahudi di Tepi Barat Palestina
Foto: AP/Oded Balilty
Pemukiman Yahudi di Tepi Barat Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH — Meski diwarnai ketegangan dan keraguan, perundingan damai Palestina-Israel terus bergulir. Di meja perundingan tersebut, kubu Israel dilaporkan mengajukan tawaran untuk mundur dari Tepi Barat. Artinya, Zionis rela melepas seluruh permukiman Yahudi dan basis militernya di sana.

“Hal itu merupakan bagian dari paket usulan Israel bagi terbentuknya negara Palestina dengan batas-batas sementara,” kata seorang pejabat Palestina seperti dikutip kantor berita AP, Rabu (4/9). Hal ini merupakan informasi penting pertama yang berhasil didapat dari perundingan damai Palestina-Israel yang dimulai kembali pada akhir Juli setelah mandek selama sekitar tiga tahun.

Namun, menurut pejabat yang tak disebutkan jati dirinya itu, Palestina menolak tawaran Israel tersebut. Bukan rahasia lagi, negara merdeka yang dicita-citakan Palestina tidak hanya meliputi Tepi Barat, tapi juga Yerusalem Timur dan Jalur Gaza. Bahkan, Yerusalem Timur diinginkan Palestina sebagai ibu kotanya pada masa depan.

Selain itu, jika Palestina menerima tawaran terbaru Israel tersebut, artinya Palestina bisa saja mendapatkan kemerdekaan, namun pada saat yang sama harus rela kehilangan sejumlah hal penting, seperti Kota Yerusalem dan nasib jutaan pengungsi Palestina beserta anak cucu mereka. “Pendek kata, Palestina menolak semua bentuk kesepakatan yang bersifat sementara,” ujar pejabat itu. 

Selama ini, masalah permukiman Yahudi menjadi isu panas di meja perundingan Palestina-Israel. Terhentinya perundingan kedua pihak pada 2010 pun karena sikap keras kepala Israel yang tak mau menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Menurut Palestina, permukiman-permukiman itu yang sekarang ditempati oleh lebih dari 500 ribu orang Yahudi akan mempersulit upaya pembagian lahan antardua negara.

Seorang pejabat Palestina menginformasikan, saat ini para juru runding kedua pihak belum membahas soal batas-batas wilayah. Sejauh ini, negosiasi masih terfokus pada masalah keamanan. Ia mengatakan, Israel ingin mempertahankan kontrol atas perbatasan Tepi Barat dengan Yordania, juga mempertahankan basis militer di depan perbatasan Yordania.

“Israel berupaya menggunakan isu keamanan ini untuk menguasai lahan,” kata dia. Israel, lanjut dia, mengajak Palestina untuk membicarakan batas-batas wilayah sementara. “Sedangkan, kami (Palestina), menginginkan Israel menyetujui dulu batas-batas wilayah sebelum Perang 1967, barulah membicarakan yang lain.”

Tak berkomentar

Sejauh ini, Israel belum memberikan komentar terkait tawaran tersebut. Ketika diminta tanggapannya, seorang pejabat Israel menolak berkomentar dengan alasan ingin menjaga kerahasiaan proses perundingan damai tersebut.

“Sejak awal telah disepakati bahwa semua diskusi publik mengenai perundingan ini harus dilakukan melalui pihak Amerika Serikat (AS) selaku mediator perundingan,” kilah dia. Dengan alasan yang sama, kantor PM Benjamin Netanyahu pun menolak memberikan pernyataan. Setali tiga uang, AS pun belum memberikan tanggapan atas perkembangan ini.

Yang pasti, dalam pernyataan resmi berkenaan dengan perayaan tahun baru Yahudi, Rabu (4/9) malam, Netanyahu berharap perundingan damai dengan Palestina terus berlangsung dan membawa hasil. “Kami menginginkan perdamaian sejati dan bertahan lama dan ini bisa dicapai jika ada jaminan keamanan dan pengakuan terhadap Israel sebagai negara Yahudi. Inilah yang kami butuhkan.”

Sementara, Yasser Abed Rabbo, asisten utama Presiden Palestina Mahmud Abbas, mengatakan, hingga saat ini tidak ada kemajuan yang berarti dari meja perundingan. “Posisi Israel belum berubah. Yang kami lihat di lapangan, perluasan permukiman masih tetap berlangsung,” ujar dia kepada radio Suara Palestina. n bambang noroyono ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement