REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA - "Aku lebih suka mati daripada berhenti berkhutbah tentang Islam," kata Pastor Terry Jones. Ia menantang menolak untuk menghentikan kampanyenya bahkan jika itu berarti akan berimbas pada banyaknya jumlah tentara Amerika yang akan mati di Afghanistan.
Pendeta kontroversial yang telah memicu kerusuhan di Afghanistan yang telah menewaskan 20 orang ini mengatakan ia lebih suka mati daripada "membuka kedok Islam sebenarnya."
Pendeta Terry Jones mengatakan haknya untuk berbicara lebih penting daripada kehidupan mereka yang telah meninggal selama kerusuhan - atau tentara Amerika yang bisa terbunuh di masa yang akan datang. Dia mengatakan dia akan melanjutkan kampanye melawan Muslim meskipun setiap satu dari 30 umatnya telah meninggalkan dia.
Pria 59 tahun itu mengakui bahwa ia sekarang membawa pistol kemana pun ia pergi karena ia telah menerima lebih dari 300 ancaman pembunuhan. Apalagi, katanya, kepalanya dihargai 2,4 juta dolar AS oleh Taliban.
Tujuh pekerja PBB dan sedikitnya 13 lainnya di Afghanistan tewas selama akhir pekan ketika massa anti-Jones menyerang kompleks mereka di Mazar-e Sharif, kota terbesar di utara negara itu. Lebih dari 150 lainnya luka-luka dalam protes terkait yang menyebar ke ibu kota Kandahar selama tiga hari.
Mereka marah setelah Jones membakar salinan Alquran di rumahnya, Dove Outreach Centre di Gainesville, Florida, pada 20 Maret.
Dia sebelumnya menghadapi kecaman internasional untuk aksi yang sama tahun lalu. Setelah lebih banyak menyerukan kebencian atas umat Islam, ia perlahan ditinggalkan jamaahnya. Ia aktif menyebarkan pesan-pesan kebencian dengan dibantu seorang asistennya.
Dalam sebuah wawancara dengan ABC News Jones ditanya apakah ia bersedia mati demi idealitanya. Dia berkata, "Ya, pasti. Itulah pentingnya kita merasakan hal itu."
Dia mengatakan akan terus berbicara bahkan jika itu mengakibatkan kematian baginya dan tentara Amerika.
"Mungkin dalam jangka panjang, (dengan cara ini) kita dapat menyelamatkan ratusan atau ribuan (kehidupan)," katanya.
Jones menambahkan bahwa selama pembakaran Quran pada tanggal 20 Maret itu dia yang memutuskan untuk meletakkan kitab suci Islam di pengadilan. "Saya hakim tetapi saya tidak menentukan putusan," katanya.
Jones telah dikutuk oleh Barack Obama dan Jenderal David Petraeus, komandan tertinggi AS di Afghanistan, yang menyebut tindakannya 'penuh kebencian dan tidak toleran'.
Protes terhadap pembakaran Quran memasuki hari keempat di Afghanistan. Korban terbaru adalah dua tentara asing dalam misi pelatihan yang ditembak mati oleh polisi perbatasan Afghanistan di Jalalabad.
Ribuan warga yang marah di kota memblokir jalan raya utama Kabul dan membakar boneka mirip Jones.