Rabu 13 Apr 2011 13:47 WIB

Bahas Yaman, Dewan Menteri GCC Bertemu di Riyadh

Red: cr01
Para Menteri Luar Negeri GCC bertemu di Riyadh untuk membahas situasi terkini di Yaman.
Foto: Al-Riyadh
Para Menteri Luar Negeri GCC bertemu di Riyadh untuk membahas situasi terkini di Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Para Menteri Luar Negeri yang tergabung dalam Kerjasama Teluk (GCC) menggelar pertemuan luar biasa di Riyadh, ibukota Arab Saudi, Rabu (13/4).

Pertemuan Dewan Menteri GCC ini untuk melengkapi hasil pertemuan yang diadakan pekan lalu untuk membantu Yaman keluar dari krisis yang terjadi saat ini. Pertemuan ini dipimpin oleh Menteri Negara Luar Negeri UEA Anwar Muhammad Gargash dan dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Saud Al-Faisal, Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed bin Mohammed Al-Khalifa.

Selain itu, hadir pula Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Hamad bin Jassem bin Jabr Al-Thani, Menteri Luar Negeri  Oman Yusuf bin Alawi bin Abdullah, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Mohammad Al-Sabah dan Sekretaris Jenderal GCC Abdul Latif bin Rashid Al-Zayani.

Pada akhir pertemuan, Sekretaris Jenderal GCC Al-Zayani membacakan pernyataan bersama, bahwa Dewan Menteri GCC telah meninjau perkembangan terbaru di Republik Yaman, dan akan mencoba melakukan kontak dengan pemerintah Yaman dan oposisi melalui GCC untuk mengatasi status quo. “Untuk itu, GCC mengundang Pemerintah Yaman dan kelompok-kelompok oposisi untuk bertemu di Arab Saudi di bawah payung GCC,” kata Zayani.

Menurut Zayani, sejumlah hal penting yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut antara lain; solusi yang mengarah pada kesatuan, keamanan, dan stabilitas Yaman; perubahan dan reformasi untuk memenuhi aspirasi rakyat; pengalihan kekuasaan yang sesuai dengan konstitusi dan tidak anarkis; penghapusan ketegangan politik; dan komitmen untuk menghentikan semua bentuk pembalasan dan penuntutan.

Dewan Menteri GCC menegaskan kembali keprihatinannya atas situasi berkelanjutan dan ketegangan politik serius yang terjadi di Yaman, hingga menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. “Pemerintah Yaman hendaknya menjaga persatuan dan stabilitas, menghormati aspirasi rakyat, dan menjaga perdamaian demi kebaikan bersama,” tandas Zayani.

sumber : Al-Riyadh
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement