REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO - Kekhawatiran bahwa gerakan Negara Islam Indonesia (NII) merupakan gerakan makar itu dinilai terlalu berlebihan. Muhammad Nuski, staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang pernah mendampingi sejumlah mahasiswa yang terpengaruh ideologi NII pada tahun 2009-2010, menyebutkan gerakan ini lebih tepat disebut sebagai organisasi penipu.
''Organisasi NII ini sama sekali tidak punya gerakan yang sistematis untuk menggulingkan pemerintahan sekarang ini, dan menggantikannya dengan negara Islam. Tapi, ini cenderung lebih mengedepankan upaya mencari uang dengan cara melakukan penipuan dengan kedok NII,'' jelas Nuski pada Senin (2/5).
Dia mendapat kesimpulan itu setelah melacak keberadaan NII di wilayah Banyumas. ''Dari wawancara dengan puluhan mahasiswa Unsoed yang sebelumnya menjadi anggota NII, mereka sama sekali tidak mendapat doktrin mengenai pembentukan negara Islam Indonesia. Mereka hanya mendapat penekanan tentang ajaran Islam yang menyimpang dan juga kewajiban untuk membayar infaq,'' katanya.
Nuski yang juga menjadi takmir masjid Fatimatuzzahra di Grendeng Purwokerto ini menyebutkan hasil pelacakan terhadap keberadaan NII di Kabupaten Banyumas menyebutkan sistem rekrutmen anggota baru NII menggunakan sistem sel. Semantara dari pelacakannya, sedikitnya ada tiga sel di Banyumas .
''Satu sel kebanyakkan beranggotakan mahasiswa Unsoed, sedangkan dua sel lainnya kebanyakan beranggotakan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP),'' katanya.
Sedangkan, jumlah keseluruhan anggota NII di Banyumas diperkirakan mencapai sekitar 200 orang. Seluruh sel ini masuk dalam keanggotaan NII KW (Komandemen Wilayah) 9 yang memiliki wilayah operasi di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Bukan NII KW 8 meliputi wilayah operasi Jateng/DIY memang yang memang sudah bubar.
''Hal ini karena hampir seluruh proses pembaiatan anggota NII baru dari Purwokerto dilakukan di wilayah DKI Jakarta,'' katanya.