REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Keterkaitan pondok pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat ditegaskan memiliki hubungan dengan NII. “Al Zaytun itu salah satu program NII,” kata mantan pengikut NII, Sukanto, Rabu (4/5). Menurutnya, NII memiliki program tarbiyah pembangunan maha Al Zaytun.
Bentuknya yang terlihat memang pendidikan formal. Tetapi cara itu digunakan untuk kaderisasi yang masih bersifat umum. “Tidak semuanya NII, tetapi 1/3-nya anak NII, sedangkan 2/3-nya adalah orang umum,” katanya.
Ia menegaskan, setelah para siswa di pesantren Al Zaytun itu selesai dengan pendidikan formalnya, akan ada tingkat kaderisasi berikutnya. Tingkatan tertentu itu dilakukan setelah orang yang bersangkutan selesai SMA Al Zaytun. Kemudian, dibina ditingkat territorial. “Jadi, kalau Al Zaytun sebagai lembaga pendidikan sih tidak ada yang salah dan tidak bermasalah,” katanya.
Tetapi, ia mengingatkan keberadaan Al Zaytun tak terlepas dari campur tangan NII. Ditegaskannya, Al Zaytun dibiayai, dibangun, dibina, diprakarsai, dan dimobilisasi oleh orang-orang NII. Mantan petinggi di sana pun merupakan perekrutan dari NII tingkat desa di seluruh Indonesia yang sengaja dikirim ke pesantren itu sebagai tenaga kerja.
Sumber dananya sendiri untuk Al Zaytun berasal dari jaringan territorial yang bergerak di bawah tanah. Setiap anggota NII harus menyetorkan sejumlah dana setiap bulan.