REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Meski wanita Indonesia memiliki banyak peluang untuk maju, tingkat kesejahteraan kaum hawa secara keseluruhan masih memprihatinkan. Sekitar 5,3 juta perempuan Indonesia masih hidup dalam kondisi buta aksara dan berkehidupan di bawah garis kemiskinan.
Ketua Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan (YAPPIKA), Fransiska Fitri, Kamis (12/5) mengatakan data ini menunjukkan bahwa kondisi perempuan Indonesia masih berada dalam kondisi krisis. Menurut Fransiska, selain kemiskinan yang terus berlangsung dan tak kunjung teratasi, angka buta huruf di kalangan perempuan juga kian memprihatinkan.
Berdasarkan perkiraan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), pada akhir tahun 2010 terdapat sebanyak 5,3 juta perempuan Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang mengalami buta aksara.
Tentu saja data itu hanyalah perkiraan yang menunjukkan bahwa fakta di lapangan mungkin lebih buruk lagi, tambahnya.
"Sementara ini respon pemerintah untuk mengatasi buta aksara di kalangan kaum wanita tidak kunjung tiba untuk mengatasi persoalan. Makanya kami memulai gerakan kami sendiri," ujarnya.
Fransiska mengatakan sejak YAPPIKA berdiri, organisasi telah berhasil melakukan program penggalangan dana dan keaksaraan fungsional (KF). Berbagai kegiatan juga telah dilaksanakan sepanjang tahun 2010.
"Kami telah berhasil mendirikan 10 kelompok belajar bagi kaum ibu buta aksara di kawasan Marunda dan Sukapura," katanya.
Selain menggalang donasi publik, kata Fransiska, pihaknya juga bekerja sama dengan para relawan yang tergabung dalam organisasi Relawan YAPPIKA guna mengimplementasikan program "Ayo Bantu 5,3 Juta Ibu Indonesia Belajar Membaca".
"Upaya ini akan terus kami lanjutkan sebagai upaya menolong kaum ibu dari ketidakberdayaan karena tidak mampu membaca, menulis dan berhitung, serta tidak memahami hak-hak dasar mereka sebagai warga negara," katanya.
Untuk tahun 2011, kata Fransiska melanjutkan, YAPPIKA masih akan melanjutkan program yang sama dengan melakukan pembelajaran tahap lanjutan bagi kelompok belajar yang ada dan membuka kelompok-kelompok belajar yang baru.
Fransiska mengatakan semua kelompok belajar tersebut akan diajarkan oleh para relawan agar kaum ibu tersebut bisa melek aksara.
"Mereka akan diajarkan secara gratis oleh para relawan yayasan kami yang sudah terlatih. Rencananya kelompok belajar ini akan dibentuk di desa-desa dan menyasar desa terpencil atau yang memiliki warga kaum ibu yang buta aksara," katanya.