Rabu 18 May 2011 12:05 WIB

Bertemu DPR, Menteri Agama Bela Alzaytun

Rep: C41/ Red: Didi Purwadi
Menteri Agama, Suryadharma Ali (kiri), bersama pimpinan Ponpes Al Zaitun, Syek Panji Gumilang, memberikan keterangan pers di Ponpes Al Zaitun, Indramayu, Rabu (11/5).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Menteri Agama, Suryadharma Ali (kiri), bersama pimpinan Ponpes Al Zaitun, Syek Panji Gumilang, memberikan keterangan pers di Ponpes Al Zaitun, Indramayu, Rabu (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Menteri Agama, Suryadharma Ali, menyatakan Pondok Pesantren Alzaytun memahami Alquran dan Hadits secara rasional dan konstekstual. Suryadharma pun melihat Alzaytun pimpinan Panji gumilang sebagai lembaga pendidikan Islam yang modern. Padahal, Alzaytun diduga kuat terkait dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII).

'Pembelaan' Menteri Agama ini disampaikan saat hadir pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VIII DPR RI, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (18/5). Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Ansyaad Mbai, juga hadir dalam rapat tersebut.

Pandangan Menteri Agama didasarkan pada penelitian Kementerian Agama yang dilakukan terhadap Alzaytun pada 2002. Penelitian difokuskan pada aspek pendidikan, paham, dan aktivitas keagamaan serta interaksi sosial. "Dari aspek pendidikan, Alzaytun berobsesi menjadi lembaga pendidikan Islam modern dan unggul secara nasional maupun global," papar Suryadharma.

Selain itu, lanjut suryadharma, Alzaytun menerapkan kurikulum berlandaskan pada nilai etika, moral, dan keagamaan. Model pengembangan Alzaytun pun dilihat sebagai penerapan School Based Management yang mandiri dalam mengelola dana dan menggalang partisipasi masyarakat.

"Keberadaan Alzaytun tidak menimbulkan kontroversi pemahaman keagamaan bagi masyarakat sekitar," jelas Suryadharma. Namun, Suryadharma menambahkan bahwa perlu dilakukan kajian dan penyelidikan untuk mengetahui keterkaitan Alzaytun dengan NII.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement