Ahad 29 May 2011 20:38 WIB

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Mempererat Kekerabatan Semenda

Red: cr01
Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Penduduk  Madinah di luar kaum Muslimin menjadi kecut setelah Bani Qainuqa' dikeluarkan  dari kota  itu. Keadaan aman dan tenteram ini dirasakan orang selama sebulan, dan seharusnya akan  terus  demikian  selama beberapa bulan, andaikata Abu Sufyan yang sudah tidak tahan lagi tinggal lama-lama di Makkah, masih bersemangat dan ngotot berperang.

 

Oleh sebab itu, ia kemudian mengumpulkan 200 orang—ada yang mengatakan 40 orang—penduduk. Mereka pun berangkat ke Madinah. Menjelang pagi mereka  berangkat ke sebuah daerah bernama Uraidz. Di tempat ini mereka bertemu dengan  seorang Anshar dan temannya yang tengah bekerja di kebun. Kedua orang itu mereka bunuh dan dua buah rumah serta sebatang pohon kurma di Uraidz itu mereka bakar. Menurut Abu Sufyan, sumpahnya hendak memerangi Muhammad itu telah terpenuhi.  Sekarang ia kembali melarikan diri, takut dikejar Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya.

Rasulullah meminta beberapa orang sahabat, dan kemudian beliau pimpin sendiri, mengejar Abu Sufyan hingga di Qarqarat Al-Kudr. Abu Sufyan dan rombongannya makin kencang melarikan diri. Mereka makin ketakutan. Setelah melihat bahwa mereka terus melarikan diri, Rasulullah dan para sahabat kemudian kembali  ke  Madinah. Larinya Abu Sufyan itu berbalik merupakan pukulan terhadap dirinya sendiri, sebab sebelum itu ia, mengira Quraisy akan dapat mengangkat muka lagi setelah bencana yang mereka alami di Badar.

Mendengar bahwa ada beberapa golongan dari Ghatafan dan Bani Sulaim yang bermaksud hendak  menyerang  kaum  Muslimin, maka Rasulullah segera berangkat ke Qarqarat Al-Kudr guna memotong jalan mereka. Di tempat  ini beliau melihat  jejak-jejak binatang ternak, tapi tak seorang pun yang ada di padang itu. Disuruhnya beberapa orang sahabatnya  naik ke  atas  wadi  dan  beliau menunggu di bawah.

Oleh kaum Muslimin, ternak yang ada di tempat itu dikumpulkan dan dibagi-bagikan  antara sesama mereka sesudah seperlimanya diambil oleh Rasulullah, seperti yang ditentukan menurut nash Al-Qur'an. Konon barang rampasan itu sebanyak 500 ekor unta. Sesudah seperlima dipisahkan oleh Nabi, sisanya dibagikan. Setiap orang mendapat bagian dua ekor unta.

 

Rasulullah juga mendengar bahwa ada beberapa golongan dari Bani Tsa'labah dan Bani Muharib di Dzu Amar yang telah berkumpul. Mereka bersiap-siap akan melakukan serangan. Nabi SAW segera berangkat dengan 450 orang Muslimin. Begitu mendengar bahwa Rasulullah telah berada dekat mereka, orang-orang itu pun cepat-cepat melarikan diri ke gunung-gunung.

 

Demikian pula dengan Bani  Sulaim di Bahran, begitu sudah siap-siap akan menyerang, namun ketika diladeni oleh sekitar 300 orang Muslimin, mereka pun kabur lintang-pukang. Orang-orang Arab Badwi juga demikian, mereka serba  ketakutan kepada Nabi SAW dan umat Islam. Terpikir oleh mereka hendak menyerang Rasulullah, namun ketika hendak bertempur, mereka sudah kecut ketakutan.

 

Apa yang harus dilakukan Quraisy dengan perdagangannya setelah Rasulullah menguasai Qarqarat Al-Kudr yang menjadi jalur utama kafilah mereka? Hidupnya Makkah dari perdagangan. Apabila  jalan  ke arah  itu tidak  ada,  maka ini merupakan  bahaya besar. Kini Rasulullah akan memlokade jalan itu.

 

Dengan siasatnya yang sehat serta pandangannya yang  jauh,  hal semacam itu takkan diabaikan oleh Rasulullah. Beliau kemudian harus menambah kecintaan kaum Muslimin kepadanya, dan mempererat pertalian. Kendatipun Islam telah memberikan kebulatan tekad  kepada  mereka  dan  membuat  mereka  seperti sebuah  bangunan yang kokoh, satu sama lain saling memperkuat, namun kebijaksanaan pimpinan mereka akan lebih menguatkan lagi kerjasama dan tekad mereka.

 

Justru karena kebijaksanaan pimpinan inilah hubungan Nabi Muhammad dengan mereka semakin erat. Untuk mempererat hubungan, beliau melangsungkan pernikahan dengan Hafsah, putri Umar bin Al-Khathab—seperti juga sebelum itu dengan Aisyah,  puteri Abu  Bakar. Sebelumnya Hafsah adalah istri Khunais–termasuk orang yang mula-mula masuk Islam—yang meninggal tujuh bulan sebelum pernikahannya dengan Rasulullah.

Pernikahan Rasulullah dengan Hafsah kian menambah kecintaan Umar bin Al-Khathab kepada beliau. Juga Fatimah, putri beliau, dinikahkan dengan sepupunya,  Ali  bin Abi  Thalib. Oleh karena Ruqayyah, putri Rasulullah yang lain, telah  berpulang  ke rahmatullah, maka sesudah itu Usman bin Affan dinikahkan dengan putrinya yang seorang lagi, Ummu Kultsum.

 

Dengan demikian, kedudukan Rasulullah diperkuat lagi oleh pertalian keluarga semenda dengan Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Ini merupakan gabungan empat  orang kuat dalam Islam yang sekarang mendampingi beliau, bahkan yang terkuat. Dengan ini kekuatan dalam tubuh kaum Muslimin makin mendapat jaminan lagi.

Di  samping itu rampasan perang yang mereka peroleh dalam peperangan kian menambah pula keberanian mereka bertempur, yang juga merupakan gabungan  antara perjuangan di jalan Allah dan mendapat rampasan perang dari orang-orang musyrik.

 

Pada saat yang sama, pihak Quraisy juga telah mengadakan persiapan heendak menuntut balas, dan membuka kembali jalan perdagangannya ke Syam, yang telah diblokade kaum Muslimin.

sumber : Sejarah Hidup Muhammad oleh Muhammad Husain Haekal
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement