REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG – "Saya hadir di sini untuk melihat langsung matanya yang penuh dengan darah,'' kata Munira Subasic, salah seorang korban kejahatan perang Bosnia yang telah kehilangan 21 kerabatnya.
Subasic sengaja datang ke Den Haag, Belanda untuk menyaksikan langsung persidangan perdana Ratko Mladic, mantan Jenderal Serbia-Bosnia yang dituding Pengadilan Kejahatan Internasional atas bekas negara Yugoslavia (ICTY) telah membantai ribuan warga muslim semasa perang Bosnia 1992-1995.
Subasic bersama kerabat korban lainnya tampak berkumpul di luar ruangan sidang pengadilan sambil menanti kedatangan Mladic. Subasic lalu menceritakan pengalamannya tahun 1995. Saat itu dirinya pernah memohon kepada Mladic untuk tidak membawa pergi anaknya yang berusia 16 tahun dan Mladic sempat berjanji untuk memenuhi permintaannya.
Tapi janji itu tidak pernah ditepatinya. ''Dia membunuh anak saya. Dalam 16 tahun terakhir dia hidup bebas, dan saya mencari jenazah anak saya,'' tutur Subasic seperti dikutip BBC.
Kedatangan Subasic ke Den Haag, bersama sejumlah perwakilan korban kejahatan di Srebrenica lainnya juga bertujuan untuk bertemu dengan jaksa penuntut ICTY, Serge Brammertz. ''Saya siap bersaksi bila dikendaki pengadilan,'' kata Subasic.
Dalam sidang pertamanya yang dipimpin hakim Alphons Orie tersebut Mladic tampak sehat dan mampu mengikuti jalannya sidang. Pria yang dituding sebagai 'Jagal Balkan' itu juga mengaku memahami proses peradilan yang harus dijalaninya.
Mladic lalu menyebutkan nama, tanggal lahir dan identitas dirinya. Namun tanggal kelahirannya berbeda dengan data yang dimiliki pengadilan. Mantan orang nomor satu di militer Serbia-Bosnia itu juga telah menunjuk Aleksandar Aleksic, sebagai pengacaranya.
Ketika membacakan haknya, Mladic yang terkena stroke dan penyakit kanker, menyatakan dirinya sedang sakit dan membutuhkan waktu lebih banyak untuk memahami informasi yang diterimanya. Karena itu diharapkan semua pihak untuk bersabar. Namun hakim pengadilan akan menunjuk penasehat untuk dapat memahami informasi tersebut.
Majelis hakim juga memita agar Mladic memahami dakwaan yang dijatuhkan kepadanya. Permintaan Mladic agar majelis hakim tidak membacakan dakwaan terhadap dirinya tidak dikabulkan. Surat dakwaan tetap dibacakan dan dalam poin tertentu Mladic tampak terkesiap.
Mladic menilai dakwaan yang ditujukan kepada dirinya begitu berat sekali dan dirinya perlu waktu lebih dari satu bulan sebelum memberikan tanggapan. Mladic juga akan menggunakan alasan kesehatan yang tidak memungkinkan guna memperoleh keringanan dalam mengikuti sidang ICYT tersebut.
Pengadilan ini juga menuai kritik karena dianggap bekerja lamban dalam mengungkap kasus yang tercatat sebagai pelanggaran hak azasi manusia (HAM) terburuk sejak usai perang dunia ke-2 itu. ''Yang penting sekarang mereka yang bersalah harus dihukum yang setimpal,'' kata Axel Hagedorn, pengacara para korban di Srebrenica.