REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH - Pengusaha Saudi telah menyerukan implementasi cepat keputusan untuk mempekerjakan perempuan di toko-toko pakaian.
Awal pekan ini, Raja Abdullah memberi lampu hijau. Ia memerintahkan para pejabat untuk mengatur langkah-langkah yang memungkinkan perempuan Saudi untuk bekerja di toko-toko pakaian dalam sebulan ini. Langkah tersebut disambut baik oleh para pejabat dan pengusaha.
Bertahun-tahun telah berlalu sejak Departemen Tenaga Kerja diminta untuk mengganti salesman di toko pakaian dalam dengan perempuan, namun tidak ada tanggapan dari pemerintah. Setelah sejumlah besar kampanye dan diskusi, kementerian mengeluarkan putusan pada tahun 2005, tetapi hal itu tidak pernah dilaksanakan.
"Kami segera mulai mempekerjakan staf perempuan. Awalnya, tampaknya menjadi langkah yang baik. Namun, jumlah pelanggan berkurang, karena hanya perempuan yang diijinkan untuk masuk toko kami," kata Sarah Bin Sahal, area manajer ritel untuk rantai lingerie Nayomi, yang masih mengoperasikan lebih dari enam toko khusus perempuan.
Kemudian, mereka mendirikan lima toko dengan konsep beda. "Hanya perempuan atau pasangannya yang diperbolehkan masuk. Jumlah pelanggan meningkat, karena perempuan tanpa rasa malu berbelanja," katanya.
Reem Asaad, penulis ekonomi dan anggota Saudi Economic Association, meluncurkan kampanye untuk memboikot toko-toko pakaian yang dikelola oleh staf laki-laki. Dia berbicara kepada Arab News tentang pentingnya pelaksanaan keputusan ini.
"Menerbitkan keputusan merupakan langkah penting, tetapi kita perlu melihat pelaksanaannya. Sejak tahun 2005 kami telah mendengar keputusan tersebut, namun tak ada yang dilaksanakan," katanya.
Qaroub Fatima, seorang perempuan Saudi yang memulai kampanye berjudul "Enough With Embarrassment," menegaskan bahwa perempuan Saudi banyak yang bergabung dalam kampanye setelah mereka mengalami situasi yang memalukan dengan pedagang di toko-toko pakaian.
Qaroub menyerukan perlunya menempatkan tenggat waktu untuk pelaksanaan keputusan itu, atau akan mati lagi. "Perempuan di Kerajaan telah menderita ketika mereka ingin membeli pakaian. Mereka harus menanggapi pelayan laki-laki tentang pertanyaan mengenai ukuran, deskripsi, dan warna dari pakaian yang mereka cari, " kata Qaroub.