REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Pesawat perang NATO terus membombardir ibukota Libya, Tripoli, dengan ledakan-ledakan besar yang menggema di atas kota.
Setidaknya, akibat tiga serangan Jumat (10/6) dini hari ini, gumpalan asap membumbung di atas Tripoli dan menutupi kota itu. Target serangan NATO mengarah ke kompleks kediaman pemimpin Libya Muammar Qaddafi, maupun barak-barak militer di dekatnya.
Usai serangan-serangan tersebut, pasukan pro-Qaddafi menembakkan senapan serbu ke udara dan membunyikan klakson mobil sebagai bentuk tantangan.
Serangan dini hari ini merupakan lanjutan dari total 14 serangan udara yang dilakukan sehari sebelumnya. Namun serangan tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemboman berat pada Selasa (7/6) lalu, yang menghancurkan bangunan utama di kompleks Qaddafi di pusat kota.
Serangan udara lanjutan ini digelar NATO sebagai balasan terhadap pasukan Qaddafi yang membom sebuah kota dekat Misurata—yang dikuasai pemberontak pada Rabu (8/6)—dan menewaskan sedikitnya 12 pejuang pemberontak.
Di Brussels, Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, mengatakan penembakan di dekat Misurata menekankan perlunya untuk terus melindungi warga sipil. "Ini adalah contoh bahwa rezim Qaddafi masih merupakan ancaman bagi penduduk sipil. Dan kami akan tetap berkomitmen selama diperlukan," ujarnya.