Kamis 07 Jul 2011 10:47 WIB

Alhamdulillah... Pertamina Tunda Kenaikan Harga Elpiji 50 Kg

Rep: Citra Listya Rini/ Red: Djibril Muhammad
Pertamina
Pertamina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menunda niatnya menaikan harga elpiji kemasan 50 kilogram (kg) yang seharusnya dilakukan dalam pekan ini. Demikian disampaikan Vice President Corporate Communication Pertamina, Mochamad Harun dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (7/7).

"Pertamina diminta pemerintah untuk meninjau ulang kenaikan harga elpiji industri atau kemasan 50 kg. Dengan adanya permintaan ini, Pertamina kembali menunda kenaikan harganya," kata Harun.

Sebelumnya Pertamina berencana menaikkan harga jual elpiji kemasan 50 kg sekitar 10 persen. Dengan kenaikan harga jual elpiji industri ini, Pertamina ingin berbagi beban dengan industri. Sehingga, ujar Harun, Pertamina dapat memenuhi demand atas elpiji yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan industri.

Jadi, tutur Harun, Pertamina dan industri bersama-sama berkontribusi atas pertumbuhan perekonomian nasional. Dia menyebutkan harga jual elpiji Pertamina untuk industri atau kemasan 50 kg saat ini, yaitu Rp 7.355 per kg. Menurutnya, harga tersebut masih di bawah harga pasar yang sudah lebih dari Rp 9.000 per kg.

"Selisih harga jual tersebut selama ini ditanggung oleh Pertamina. Akibatnya, menyebabkan berkurangnya laba Pertamina sampai dengan Rp 3,2 triliun di tahun 2010," ungkap Harun.

Sedangkan selama kuartal pertama 2011, lanjutnya, bisnis elpiji non PSO Pertamina ini sudah menyumbangkan kerugian sejumlah Rp 1 triliun. Disampaikan Harun, jika harga jual saat ini tetap dipertahankan, kemungkinan kerugian akibat bisnis elpiji non PSO yang mencakup 12 kg, 50 kg dan bulk untuk industri diperkirakan mencapai Rp 3,6 triliun sampai akhir tahun ini.

Kondisi ini tidak sehat, ujar Harun, karena sebagai korporasi Pertamina berkewajiban untuk menghasilkan laba. Dengan harga jual saat ini, Pertamina tidak dapat menambah volume penjualan elpiji industri karena semakin besar volume penjualan elpiji, semakin banyak pula laba Pertamina yang tergerus.

Padahal di sisi lain, sambung Harun, Pertamina ingin mendukung perkembangan industri yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara menyuplai elpiji sesuai dengan pertumbuhan demand.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement