Kamis 18 Aug 2011 20:05 WIB

Duh...Masih Ada Seribuan Warga Terisolir di Perbatasan

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA - Sekitar 1.200 jiwa warga yang tinggal di perbatasan Indonesia dengan negara bagian Serawak Malaysia di Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, hingga kini masih terisolir.

"Sampai saat ini belum ada akses darat yang bisa menembus ke Kecamatan Hilir. Akibatnya, sekitar 1. 200 warga Apau Kayan yang bermukim di sana hidup dalam keterasingan," kata Camat Kayan Hulu, Gun Kila, ketika dihubungi dari Samarinda, Kamis (18/8).

Apau Kayan merupakan kawasan adat etnis Dayak Kenyah yang bermukim di sepanjang perbatasan Indonesia dengan negara bagian Serawak Malaysia, yang berada di tiga kecamatan di Kabupaten Malinau yakni, Kecamatan Kayan Selatan, Kayan Hulu dan Kayan Hilir.

Masyarakat Apau Kayan yang menggangtungkan hidup sebagai petani ladang yang berada di tiga kecamatan tersebut sudah sejak lama terisolir. Wilayah Apau Kayan hanya bisa diakses melalui penerbangan dari Temindung Samarinda menuju Long Ampung Kecamatan Kayan Selatan selama lebih satu jam.

"Namun, yang paling parah yakni di Kecamatan Kayan Hilir karena belum ada jalan yang menghubungkan dari Bandara Long Ampung ke Kayan Hulu. Sementara, warga Apau Kayan di dua kecamatan lainnya sudah terhubung dan dari Bandara Long Ampung ke Long Nawang Kecamatan Kayan Hulu ditempuh sekitar satu jam," kata Gun Kila.

Tidak adanya akses jalan yang menembus Kecamatan Kayan Hilir, kata Gun Kila, akibat terganjal kawasan hutan lindung.

"Sebenarnya, ada jalur yang bisa menghubungkan Kecamatan Kayan Hulu dan Kayan Hilir, namun jalur sepanjang 25 kilometer tersebut masuk dalam kawasan hutan yang dilindungi.

Padahal, selama ini warga menggunakan kawasan itu untuk berladang. Jadi, kami mempertanyakan mengapa kawasan itu dikatakan sebagai kawasan hutan lindung sementara kami melihat di areal itu tidak ada hutan," kata Gun Kila.

Dia berharap pemerintah segera memberikan izin untuk membuka isolasi warga Apau Kayan yang berada di Kecamatan Kayan Hilir tersebut. "Kalau memang kawasan itu sebagai hutan lindung menurut kami tidak ada salahnya jika digunakan untuk kepentingan masyarakat.

Apalagi selama ini warga di sana hanya menggunakan jalur transportasi sungai namun jika musim kemarau seperti saat ini Kecamatan Kayan Hilir sulit dijangkau," katanya. "Seperti warga Apau Kayan pada dua kecamatan lainnya, warga di Kecamatan Kayan Hilir juga menggantungkan kebutuhan pokok dari Malaysia.

Warga sudah lama hidup terisolasi sehingga kami berharap pemerintah segera membuka jalur darat untuk mengurangi ketergantungan sembako dari Malaysia," ujar Gun Kila.

Kepala Bandara Temdindung Samarinda, R. Aritonang saat melakukan monitoring dan evaluasi terkait penerbangan perintis di wilayah perbatasan mengatakan, pihaknya akan segera memperjuangkan penambahan rute penerbangan ke Long Ampung serta menambah jadwal penerbangan.

"Saya sangat prihatin melihat warga perbatasan yang selama bertahun-tahun terisolir dan menggantungkan hidup dari Malaysia. Secepatnya kami akan mengajukan penambahan jadwal penerbangan dari enam kali menjadi tujuh kali per minggu, serta menambah rute penerbangan ke Bandara Long Ampung," katanya.

"Kami juga akan mengupayakan penerbangan khusus angkutan sembako dan berbagai kebutuhan lainnya sebab selama ini warga Apau Kayan memberi berbagai kebutuhan dengan harga yang cukup mahal.

Contohnya, bensin dan solar saja harganya mencapai Rp25 ribu per liter dan semuanya dibeli dari Malaysia. Kami akan memperjuangkan agar harga sembako dan BBM di perbatasan tersebut tidak jauh berbeda di Samarinda," ujar R. Aritonang.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement