REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Cendekiawan Muslim, Azyumardi Azra, menilai figur Abah Anom mencerminkan sosok pemimpinan tarekat sufi yang peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Sebagai seorang pimpinan tarekat sufi, Qadiriyah Naqsyabandiyyah, almarhum tidak hanya fokus beribadah dan berdzikir, tetapi juga membaktikan dirinya di bidang sosial. Terutama menyelamatkan generasi muda dari kecanduan Narkoba.
Perhatian dan dedikasinya itu, kata mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah ini, ditunjukkan dengan mendirikan pesantren “Inabah” yang didirikannya. Inabah berarti kembali atau wadah pertaubatan. Melalui pesantrennya itu, Ia memberikan panduan rohani menyelematkan gerenasi muda dari kecanduan narkoba. Sumbangsihnya itu layak dijadikan keteladanan dan warisan bagi para pegiat sufi dan tarekat. Bertarekat tidak berarti acuh terhadap persoalan sosial. “Kepergiannya adalah kehilangan besar bagi umat,” kata Azyumardi.
Abah Anom, pendiri Pesantren Suryalaya, Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal dunia di usia 99 tahun, Senin, sekitar pukul 12.00 WIB. Tokoh yang memiliki nama asli KH Shohibulwafa Tajul Arifin Ra ini menghadap Sang Khalik akibat mengidap penyakit jantung.