REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA - Kepala Kepolisian Resor Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, AKBP Alex Korwa mengatakan, tidak ada penyisiran oleh aparat keamanan TNI/Polri di daerah itu.
"Usai kejadian penembakan di Bandara Mulia yang menewaskan AKP Domingus Awes, aparat TNI/Polri siaga penuh di basis masing-masing, dan terus terjadi kontak senjata di hari berikutnya. Jadi tak ada penyisiran di Mulia," kata Alex Korwa di Jayapura, Kamis (27/10).
Menurut AKBP Alex Korwa, untuk pengamanan situasi daerah, pihaknya selalu berkoordinasi dengan pihak TNI. Apa lagi hingga saat ini di Puncak Jaya terutama di Kota Mulia masih memberlakukan siaga I.
"Siaga I masih diberlakukan, aparat tetap berada di kesatuannya masing-masing," katanya.
Dia menambahkan, pada malam hari kota Mulia cuaca ditutup kabut tebal membuat pandangan sangat gelap sehingga patroli tidak terlalu jauh karena tidak bisa kelihatan, sehingga patroli di lingkungan perkantoran pemerintah.
Terkait adanya penambahan jumlah personil keamanan dari Brimobda di Mulia, AKBP Alex Korwa mengakui ada penambahan satu peleton yang tiba hari Kamis. "untuk menambah kekuatan kepolisian di daerah ini, Mabes Polri mengirim sekitar 35 orang Anggota Brigade Mobil (Brimob) Depok Kelapa Dua dan Polda di Kalimantan untuk mengamankan situasi di daerah ini dari gangguan Kamtibmas," ujarnya.
Menurut Kapolres AKBP Alex Korwa Brimob dari Kelapa Dua dan dari Kalimantan untuk penambahan kekuatan Brimob Polda Papua yang bertugas di daerah ini, bukan pergantian. Sementara situasi Puncak Jaya sejak pagi hingga kini sangat kondusif. Aparat keamanan masih tampak siaga.
Sebelumnya kelompok pimpinan Purom alias Okinak Wonda lewat surat yang dikirimnya pada bupati Puncak Jaya, Lukas Enembe, mengaku bertanggungjawab atas aksi teror, penembakan dan pembakaran di Mulia.
Kabupaten Puncak Jaya adalah salah satu daerah yang terletak di Pegunungan Papua, yang baru genap berusia 15 tahun pada tanggal 8 Oktober 2011. Topografinya yang sulit serta cuaca relatif ekstrem seperti daerah di Pegunungan Papua lainnya, membuat daerah ini hanya bisa dijangkau dengan penerbangan perintis pesawat berbadan kecil.