REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Meski sudah masuk musim penghujan, tingkat curah hujan di Riau masih rendah. Alhasil hotspot atau titik api baru terus bermunculan di sebagian besar wilayah Provinsi Riau.
Jika sebelumnya masih 22 titik, sejak Jumat (6/1) Satelit "National Oceanic and Atmospheric Administration" 18 milik Singapura telah mendeteksi sedikitnya 47 titik api.
Analis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Marzuki, di Pekanbaru, Sabtu, mengatakan, ke 47 titik api tersebut tersebar di sejumlah kabupaten/kota yang ada di provinsi `kaya minyak`.
Untuk kemunculan titik api terbanyak berada di Kabupaten Bengkalis dengan jumlah yang mencapai 13, kemudian disusul Pelalawan (11 titik), Kota Dumai (5 titik), dan Kabupaten Rokan Hulu, Siak serta Indragiri Hilir masing-masing terdapat empat `hotspot`.
Selanjutnya, titik api juga berada di Kabupaten Rokan Hilir dan Indragiri Hilir sebanyak dua titik, Kampar (satu titik) dan Kuantansingingi juga satu titik api.
"Dengan demikian, titik api yang baru bermunculan di Riau ada sebanyak 25 titik mengingat sebelumnya jumlah titik api di Riau hanya 22 titik," kata Marzuki.
Menurut dia, bermunculannya titik api baru di bentangan daratan Provinsi Riau disebabkan kondisi suhu udara yang kian terik dan curah hujan yang minim.
"Pastinya karena panas banyak muncul titik api. Namun prediksi besok (Minggu 8/1), hujan akan sudah mulai turun dan ini berkemungkinan membuat jumlah titik api berkurangnya," tuturnya.
Suhu udara di sebagian besar Provinsi Riau termasuk Pekanbaru sebelumnya sempat dikabarkan mendekati kondisi ekstrim yakni mencapai 34,6 derajat celsius. Pemicunya adalah gangguan cuaca yang bermuara dari Barat Daya Sumatera atau Samudra Hindia.
Kondisi ini yang kemudian menurut para ahli dan analis BMKG menyulut bermunculannya puluhan titik api baru di sebagian besar bentangan daratan Pulau Sumatra termasuk Riau.