REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON---Badan pengawas nuklir PBB menyebutkan bahwa Teheran mulai menambah pasokan uranium lebih dari 20 persen dari pabrik Fordo di utara Iran. Sejumlah analis menyebutkan, penambahan pasokan hingga 20 persen itu merupakan langkah penting untuk membuat senjata uranium. Namun, pihak Iran membantah ini. Mereka mengatakan, penggunaan uranium itu untuk tujuan damai.
Namun, AS punya pendapat lain. Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Victoria Nuland, mengatakan, upaya penambahan pasokan di Fordo, tak jauh dari Kota Qom, memicu kekhawatiran pihaknya. ''Kami menyerukan Iran agar kembali menunda aktivitas pengayaan uranium itu dan bekerja sama penuh dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) serta mematuhi seluruh resolusi Dewan Keamanan PBB dan dewan gubernur IAEA,'' ujarnya.
Di Paris, Kemenlu Prancis menyebutkan, tindakan Iran itu ''membuat kami tidak punya pilihan lain selain menerapkan sanksi internasional dan mengambil tindakan khusus tanpa adanya preseden bersama mitra Eropa kami dan negara-negara lain yang bersedia.''
Menlu Inggris William Hague menuding aksi Iran itu sebagai tindakan provokatif yang justru meruntuhkan klaim Iran bahwa programnya itu demi kemaslahatan warga sipil.
Iran sendiri bersikukuh menyebutkan uranium itu dibutuhkan untuk pembuatan isotop dalam pengobatan kanker.