REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Tersangka kasus penipuan calon pegawai negeri sipil (CPNS), Elz, mengakui bahwa Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Rasiyo, tidak terlibat dalam kasus tersebut.
"Sejauh ini, pengakuan tersangka Elz memang seperti itu. Pak Rasiyo tidak terlibat karena memang tidak ada bukti langsung. Elz juga sudah minta maaf," ujar pengacara tersangka Elz, Heru Djoko Waloejo, ketika ditemui di Surabaya, Sabtu (21/1).
Menurut Heru, kliennya mengakui pencatutan nama Rasiyo sebelumnya hanya sekadar ucapan. Namun, belum ada bukti-bukti pendukung yang menunjukkan keterlibatan Sekdaprov.
Namun, pihaknya juga mengungkapkan bahwa kliennya memang memberikan sejumlah uang tunai maupun melalui transfer kepada pengurus DPD Partai Demokrat Jatim, Hartoyo. "Klien saya mengaku menyerahkannya kepada Hartoyo. Namun, selanjutnya tidak tahu kepada siapa saja uang itu disalurkan. Yang pasti nama Hartoyo tetap tidak mau dicabut oleh Elz," tutur Heru.
Terkait kedatangan Rasiyo dan pengacaranya ke Rutan Medaeng pada Kamis (19/1) malam, Heru mengakui hal itu. Ia juga mengatakan bahwa saat itu dilakukan ketegasan pernyataan tentang klarifikasi yang menyebutkan ketidakterlibatan Rasiyo.
"Saya sempat kaget ketika tahu kalau Rasiyo dan pengacaranya menemui Elz di Medaeng pada Rabu (18/1). Makanya saya minta Elz menjelaskan semuanya keesokan harinya, hingga akhirnya kami bertemu dan membicarakan semuanya," kata Heru.
Sementara itu, Sekdaprov Jatim Rasiyo mengaku memang dirinya tidak ikut terlibat dalam kasus penipuan CPNS. Kedatangannya ke Rutan Medaeng, kata Rasiyo, untuk mengklarifikasi kepada tersangka Elz bahwa apa yang dikatakan sebelumnya tidak benar. "Ternyata benarkan? Saya memang tidak terbukti dan Elz mengakui itu. Saya tidak tahu siapa yang mencatut dan menganggap saya terlibat," ujar mantan Kepala Dinas Pendidikan Jatim tersebut.
Seperti diberitakan, tersangka berinisial Elz merupakan terdakwa kasus penipuan CPNS yang turut melibatkan sejumlah politisi Partai Demokrat dan Sekdaprov Jatim. Modusnya melalui jaminan dan mengaku mengenal orang di dalam pemerintahan, kemudian meminta uang jutaan rupiah kepada para CPNS agar lolos tanpa seleksi.