Rabu 01 Feb 2012 23:54 WIB

Tiga Bulan ke Depan, Baduy Dalam Tertutup Bagi Wisatawan

warga Baduy
Foto: Andi Nur Aminah/Republika
warga Baduy

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK - Kawasan Baduy Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mulai Selasa (31/1) tertutup bagi wisatawan. Pasalnya saat ini warga Baduy dalam sedang menjalani tradisi kawalu kedua atau "bulan karo".

"Kami melarang pengunjung dari luar atau wisatawan masuk ke wilayah Baduy Dalam, karena memasuki tradisi kawalu," kata Kepala Desa Kanekes yang juga Kepala Pemerintahan Suku Baduy Jaro Dainah, Rabu (1/2). Ia mengatakan, selama tiga bulan warga Baduy Dalam menjalankan tradisi kawalu dengan puasa serta berdoa meminta keselamatan bangsa dan negara yang aman, damai, dan sejahtera.

Saat ini mereka sudah melaksanakan kawalu kedua dan April sudah memasuki kawalu ketiga. Selama perayaan kawalu, kata dia, wisatawan domestik maupun mancanegara dilarang memasuki kawasan Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik. Sebab mereka sedang menjalankan kawalu dengan khusyuk dan penuh sederhana.

Mereka sambil berdoa meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar negara ini diberikan rasa aman, damai, dan sejahtera. "Kalau negara ini aman dan damai tentu masyarakat akan sejahtera," katanya.

Dia juga mengatakan, pelarangan tersebut juga telah dipasang peringatan di pintu gerbang Baduy di Ciboleger agar pengunjung menaati hukum adat. Tradisi kawalu warisan nenek moyang yang harus dilaksanakan setiap tahun, dirayakan tiga kali selama tiga bulan dengan puasa seharian.

Perayaan kawalu merupakan salah satu tradisi ritual yang dipercaya oleh warga Baduy Dalam, sehingga perlu menghargai dan menghormati keyakinan agama yang dianut mereka. "Selama melaksanakan kawalu, kondisi kampung Baduy Dalam sepi karena mereka berpuasa dan banyak memilih tinggal di rumah-rumah," katanya.

Ketua Wadah Musyawarah Masyarakat Baduy (WAMMBY) Kasmin Saelan mengatakan, selama kawalu perkampungan Baduy Dalam tertutup bagi pengunjung, sekalipun itu pejabat daerah ataupun pejabat negara.

Pelaksanaan kawalu merupakan peninggalan adat yang turun temurun dan harus dilaksanakan.

Setelah berakhir perayaan kawalu, kata dia, tentu pengunjung kembali diperbolehkan mendatangi kawasan Baduy Dalam.

Dia menjelaskan, setelah kawalu, satu bulan yang akan datang merayakan acara Seba dengan mendatangi "Bapak Gede" yakni Bupati dan Gubernur Banten dengan membawa hasil-hasil bumi (pertanian). "Warga Baduy setiap acara Seba mereka membawa hasil pertanian ladang, seperti gula merah, pisang, beras huma, dan petai."

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement