REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Majelis Ulama Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur memulangkan 20 wanita tuna susila (WTS) dan sejumlah mucikari di kawasan lokalisasi Bangunsari Surabaya, Sabtu.
"Ini sebagai tahapan dan upaya memberantas area lokalisasi atau prostitusi di Jatim. Alhamdulillah sekarang sudah ada 20 wanita yang mau bertobat," ujar Ketua MUI Jatim Abdusshomad Buchori kepada wartawan di Lokalisasi Bangunsari, Sabtu.
Sebagai gantinya, Pemprov menyediakan dana masing-masing Rp 3 juta sebagai modal membuka usaha di kampung halaman. Selain itu, para WTS sebelumnya juga sudah dibekali ilmu keterampilan.
"Bekal keterampilan sangat perlu untuk dilaksanakan di kampung halaman. Kami ingin memberantas prostitusi tapi dengan solusi, bukan memaksa dan mengusir seenaknya," kata dia.
Di Bangunsari sendiri, lanjut dia, sejak beberapa bulan ini selalu ada yang ingin pulang. Dari ribuan WTS, saat ini hanya tersisa 150 wanita saja.
Salah satu WTS yang pulang yakni Sri Anjarwati (46), wanita asal Mojokerto. Ia mengaku tobat dan tidak ingin lagi terjerembab di dunia hitam dengan bekerja di area prostitusi.
"Saya bekerja disini karena dendam diselingkuhi suami. Tapi sekarang saya sadar kalau pekerjaan seperti ini dosa besar dan dilarang agama. Semoga Allah SWT mau menerima tobat saya," ucapnya.
Dengan modal uang dan bekal keterampilan memasak yang dimiliki, ibu satu anak tersebut ingin membuka warung di kampung saudaranya di kawasan Ngawi.
"Saya mau buka warung disana. Saya pilih bertobat karena selama ini sering melihat teman-teman WTS meninggal dunia karena tertular penyakit. Sebelum terjadi, saya ingin bertobat dan meminta ampun," tuturnya sambil berlinang air mata.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengapresiasi positif terhadap sejumlah WTS yang memutuskan tidak bekerja di tempat prostitusi.
"Ini langkah baik dari MUI dan Pemprov. Tanpa dukungan masyarakat, mustahil program pemberantasan prostitusi bisa teratasi. Semoga diikuti WTS lainnya serta hidup normal dan bekerja halal," tukasnya.