REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyambut baik diselenggarakannya ''Peringatan Satu Abad Sri Sultan Hamengku Buwono IX'' oleh berbagai-bagai kelompok masyarakat yang menandakan kecintaan mereka kepada Almarhum.
''Untuk itu semua, saya beserta Kerabat Keraton Yogyakarta menyatakan rasa terima kasih yang dalam disertai penghargaan yang tinggi atas prakrasa masyarakat tersebut,'' kata Sri Sultan HB X.
Ucapan terima kasih ini disampaikan saat memberikan Orasi Budaya pada puncak acara "Peringatan Satu Abad Sri Sultan Hamengku Buwowo IX dan Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat ke-256" yang digelar di Pagelaran Kraton Yogyakarta, Kamis (12/4).
Sultan HB X mengatakan, banyak orang sering menyebut ayahnya sebagai seorang pemimpin-negarawan, sosok demokrat yang berjiwa kerakyatan, pemimpin peneladan, kusuma bangsa, dan sebagainya.
"Dan peringatan ini adalah tepat pula saatnya jika untuk merefleksi kembali siapakah sebenarnya Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu?'' ujarnya.
Namun, kata Sultan HB X, dalam upaya mencari jejak-jejak sejarah dengan napak-laku tersebut, hendaknya kita jangan sampai terjebak pada pengkultusan diri.
''Sesungguhnya, beliau tidak pernah mengharapkan gelar-gelar sanjungan itu. Beliau telah mewasiatkan kepada kami semua, jangan sekali-kali mengkultuskannya. Dan benar. Sanjungan, pengkultusan tidak ada gunanya buat almarhum. Sebab kesederhanaan adalah letak kharismanya,'' papar Sultan.
Menurut Sultan HB X, ketulusan adalah kekuatan Sultan HB IX. Kerakyatannya menjadi ilham pemimpin-pemimpin bangsa ini, juga kaum muda kelak, di hari mendatang.
''Apa pun yang telah beliau lakukan bagi Kraton Yogyakarta, DIY dan Republik ini hanyalah semata-mata pengabdian wajib bagi setiap Sultan yang bertahta. Karena dalam asma Dalem sudah tersandang misi Hamengku, Hamangku, Hamengkoni sebagai wujud visi semesta: Hamemayu-Hayuning Bawana,'' jelas Raja Yogyakarta itu.
"Untuk mencoba memahami pribadi Sultan HB IX, baik dalam sikap maupun tindakannya yang seringkali tak terduga itu, sungguh ibarat memasuki hutan simbol yang rimbun. Seperti halnya idiom Victor Turner dalam bukunya, The Forest of Symbol," pungkas Sultan HB X.