REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Media Iran memberitakan, hasil pembicaraan Iran dengan kelompok P5 +1 di Istanbul, Turki berlangsung lancar. Dalam pembicaraan tersebut, Uni Eropa menanggapi positif terkait hak-hak nuklir Iran.
Sabtu (14/4) kemarin, Iran dan kelompok P5 +1 yang terdiri dari lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (Amerika Serikat, Inggris, Cina, Prancis, dan Rusia) plus Jerman melakukan pertemuan di Turki guna mengakhiri kesalapahaman pengkayaan energi nuklir yang dilakukan Teheran.
Salah satu sumber mengatakan, negara-negara Uni Eropa menghormati hak nuklir Iran di bawah NPT atau perjanjian Non Proliferasi, yang berisi hak negara menggunakan energi atom untuk tujuan perdamaian.
Kepala Negosiator Nuklir Iran Saeed Jalili menuturkan, Iran menyatakan permintaan atas hak-hak dasar mereka dalam perjanjian Non Proliferasi. Kemampuan Iran di berbagai bidang, jelas Jalili, telah menciptakan kondisi yang mengarahkan negara lain untuk menghormati peran Iran dalam hal pengkayaan program nuklir.
Juru bicara surat kabar Konservatif, Jomhuri Eslami mengatakan, AS akhirnya menyerah dalam permainan politik dan realitas akan kemajuan teknologi nuklir yang dimiliki Iran. Pembicaraan itu akhirnya terwujud setelah perang urat syaraf antara negara-negara Barat dengan Iran terkait rencana pengembangan nuklir Teheran dalam 15 bulan terakhir.
Pembicaraan tersebut bertujuan menghasilkan langkah-langkah guna mengurangi ketegangan dan membangun kepercayaan kedua belah pihak. Selama ini Barat curiga Teheran mengembangkan program nuklir untuk membuat senjata yang akan mengancam keamanan dunia. Namun, Teheran terus membantah hal tersebut.
Rencananya, akan dilangsungkan pembicaraan putaran ke dua di Baghdad, Irak. Pada putaran kedua diperkirakan akan membahas hal-hal yang lebih substantif. Dalam pertemuan Sabtu lalu, beberapa media menyoroti penolakan Iran atas tawaran delegasi AS untuk melangsungkan pembicaraan bilateral terpisah.