Ahad 23 Sep 2012 20:40 WIB

Kobaran Dukungan ke Palestina dari Prancis

Lapangan Victoire di Bordeaux, Prancis.
Foto: tripomatic.com
Lapangan Victoire di Bordeaux, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, Dukungan bagi terwujudnya Negara Palestina merdeka bergaung dari berbagai penjuru dunia. Salah satunya dari Benua Eropa, tepatnya Prancis. Negara ini berpenduduk muslim terbanyak di belahan Eropa. Sementara di Prancis, jumlah umat Islam merupakan yang terbanyak kedua setelah pemeluk Katolik.

Para mahasiswa muslim memberikan dukungan dengan berbagai bentuk. Salah satu dukungannya seperti diberikan mahasiswa muslim dari Universite de Bordeaux, beberapa waktu lalu. Mereka menggelar aksi solidaritas bertepatan dengan peringatan Hari Nakba di lapangan Victoire, Bordeaux, Prancis.

Hari Nakba merupakan hari diusirnya warga Palestina oleh penjajah Israel yang menimbulkan gelombang pengungsian luar biasa. Kala itu sekitar 700 ribu warga Palestina diusir dari tanah mereka yang berdaulat. Kejadian ini terjadi pada 15 Mei 1948. Sehari sebelumnya, kaum Zionis memproklamasikan berdirinya Negara Israel.

Tak hanya mahasiswa muslim dari Universite de Bordeaux, aksi ini juga dihadiri perwakilan dari kota-kota lain, seperti Paris, Lyon, dan Marseilles. "Yang menarik, kegiatan ini juga dihadiri massa dari Parti Communiste des Ouvriers de France (Partai Pekerja Komunis Prancis) yang menentang penjajahan dan ketidakadilan," kata mahasiswa Indonesia di Bordeaux, Prancis, Sofjan Muhammad.

Mereka semua berbaur menentang rezim penjajah Israel yang telah merenggut kemerdekaan dan mencaplok Palestina 64 tahun silam. Beragam spanduk, poster, juga bentangan bendera Palestina mewarnai aksi ini. Begitu pun sajian nasyid perjuangan berbahasa Arab dari pengeras suara ikut menyemarakkan kegiatan tersebut.

Dalam salah satu orasi dijabarkan bahwa sejak 1967 sudah lebih dari 800 ribu warga Palestina dijebloskan ke dalam penjara Israel. Saat ini, sekitar 4.700 pejuang Palestina masih mendekam di penjara-penjara Israel.

Mereka terdiri atas 185 anak-anak di bawah usia 18 tahun, 11 wanita, 27 orang pejabat pemerintah, dua mantan menteri, 41 akademisi, 320 orang dengan alasan administrasi, dan ratusan tahanan berpenyakit serta cacat. Dengan jumlah tahanan sebanyak itu, nyaris setiap keluarga di Palestina memiliki “wakil” di penjara Israel.

Para tahanan Palestina ini tersebar di 21 penjara, tiga pusat interogasi, fasilitas rahasia, dan di pusat penjara Israel. Penahanan ini melanggar pasal 49 Konvensi Jenewa ke-4 yang melarang pemindahan paksa tahanan di luar wilayah yang diduduki. Padahal, kondisi ini sudah berlangsung lama. Selama itu pula, Negara Palestina jauh dari solusi yang adil dan damai.

Dalam aksi solidaritas tersebut, dikumandangkan tiga seruan yang ditujukan kepada para pemimpin Palestina, penjajah Israel, dan masyarakat internasional. Kepada para pemimpin Palestina, mereka menyeru untuk terus berjuang. Pada saat yang sama, pihak Israel didesak untuk menghentikan aksi biadabnya.

Sementara itu, mereka mendesak masyarakat internasional untuk lebih tegas terhadap Israel yang telah melanggar hukum internasional. Aksi diakhiri dengan pembacaan sikap dan komunike bersama atas dukungan mereka untuk kemerdekaan Palestina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement