REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya pelemahan dan kriminalisasi terhadap lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali terjadi. Salah satu indikasi akan hal itu adalah adanya pembahasan revisi UU KPK di DPR dan usaha penangkapan seorang penyidik Kompol Novel Baswedan oleh Polri.
Fenomena seperti itu ditanggapi dingin oleh Aktivis LSM, Usman Hamid, yang ditemui pada gelaran aksi damai "Save KPK, Save Indonesia" di Bundaran HI, Ahad (7/10). Menurut dia, aksi yang mengambil tempat tepat di depan Hotel Kempinski tersebut merupakan wujud dukungan masyarakat terhadap KPK.
Kerumunan ratusan orang itu, ucap Usman, adalah representasi dari keberpihakan masyarakat pada upaya pemberantasan korupsi. Artinya, jelas dia, jika ada pihak yang berupaya melemahkan proses pembasmian itu, maka mereka akan berhadapan langsung dengan masyarakat.
"Inilah bentuk dukungan warga agar KPK selaku lembaga pemberantas korupsi untuk tidak gentar," ucap aktivis yang pernah menjadi bagian dari LSM Kontras.
Usman menjanjikan akan kembali membuat rantai manusia di Gedung KPK jika peristiwa Jumat malam kembali terjadi. Dia pun menekankan akan tameng rantai manusia yang lebih kuat bilamana kejadian serupa kembali ada.
Dia tidak menutup kemungkinan akan adanya kekuatan massa (people power) di tengah proses penyelesaian yang tidak kunjung selesai. Jawaban akan hal itu, tutur dia, akan terlihat pada hari mendatang khususnya seusai presiden menyampaikan pernyataan sikapnya terkait polemik antara KPK-Polri.