REPUBLIKA.CO.ID, Kelompok aktivis punya banyak cara melempiaskan kekecewaannya pada suatu kebijakan. Unjuk rasa dan berdemonstrasi ke jalan-jalan utama kota, adalah satu dari jutaan cara. Cara itu sudah biasa. Tapi, bagaimana jika unjuk rasa itu dilakukan dalam sebuah toilet?
Di Inggris, seorang aktivis berorasi dalam sebuah toilet, menolak rencana Perdana Menteri Inggris David Cameron melakukan pemotongan anggaran di sektor umum, karena resesi di Eropa mulai menghantui Inggris.
Stuart Rodgers melakukan itu. "Tidak! Tidak ada tapi-tapian. Tidak. Kami menolak pemotongan," lantang dia, seperti dilansir Digital Spy, beberapa waktu lalu. Hasilnya, yah apes. Pria 23 tahun itu malah dianggap mengganggu ketertiban umum. Dia diseret ke pengadilan.
Hakim menghukumnya dengan melakukan pekerjaan sosial selama 100 jam. Hukuman itu lebih ringan dari desakan aturan yang mengharuskan 150 jam. Dalam persidangan, Rodgers mengaku menerobos masuk sebuah hotel di Glasgow, Inggris. Perdana menteri sedang menerima undangan dari kelompok konservatif negara tersebut.
Sampai di toilet, dia mengunci ruangan itu, dan berteriak-teriak selama lebih dari satu jam sebelum polisi menyeretnya keluar. Kepala peradilan Glasgow mengatakan, tidak ada larangan menyampaikan pendapat di wilayah hukumnya. Tapi dengan berharap perdana menteri menghampiri anda di toilet hotel, itu tentu tidak mungkin.
Cara itu, dinilai hakim, mengganggu ketertiban umum dan pelanggan hotel. Apalagi lanjutnya, Rodgers bukan kali pertama melakukan orasi. Beberapa waktu lalu, karena tidak ditanggapi, Rodgers melemparkan sekaleng cat kepada Wakil Perdana Menteri, Nick Clegg yang berkunjung ke Glasgow.