Jumat 09 Nov 2012 22:12 WIB

Nobel untuk Malala

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Fernan Rahadi
Malala Yousafzai saat dilarikan ke rumah sakit
Foto: EPA
Malala Yousafzai saat dilarikan ke rumah sakit

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON  --  Puluhan ribu warga Inggris berkumpul meminta pemerintah mengusulkan hadiah nobel perdamaian untuk seorang gadis Pakistan, Malala Yousufzai. Akibat memperjuangkan hak pendidikan perempuan, Malala ditembak kelompok Taliban sebulan lalu

Sekumpulan warga mengkampanyekan peran Malala dalam hak pendidikan wanita. Mereka pun mendesak Perdana Menteri Inggris, David Cameron, beserta para pejabat senior pemerintahan untuk mengusulkan nama Malala sebagai peraih nobel perdamaian.

"Malala bukan sekedar satu dari banyak wanita muda, dia berbicara keras kepada semua orang yang menolak pendidikan karena berdasarkan gender," ujar pemimpin kampanye Shahida Choudhary yang merupakan keturunan Pakistan-Inggris.

Lebih dari 60 ribu orang menandatangani petisi di Inggris sebagai bagian dari dorongan global oleh pendukung hak-hak perempuan. Mereka menominasikan Malala sebagai peraih nobel perdamaian.

"Saya memulai petisi ini karena hadiah nobel perdamaian untuk Malala akan memberikan pesan kepada dunia yang melihat dan akan mendukung mereka yang membela hak perempuan untuk memperoleh pendidikan," kata Choudhary.

Kampanya serupa juga bermunculan di negara lain seperti Kanada, Perancis dan Spanyol. Sabtu (10/11) malam esok, mereka akan menggelar 'Hari Aksi Global' untuk mendukung nobel bagi Malala. Hari Sabtu dipilih karena tepat sebulan pasca insiden penembakan.

Berdasarkan peraturan Komite Nobel, hanya tokoh tertentu seperti anggota Majelis Nasional dan Pemerintah yang berwenang membuat nominasi peraih nobel. Bulan Oktober lalu, nobel perdamaian telah diberikan kepada Uni Eropa yang dianggap mampu mempromosikan perdamaian dan demokrasi.

Malala Yousufzai merupakan seorang gadis Pakistan yang vokal melawan Taliban untuk memperoleh hak pendidikan bagi anak-anak perempuan. Gadis 15 tahun tersebut ditembak oleh pasukan bersenjata Taliban saat pulang sekolah, 9 Oktober lalu. Peluru bersarang di tengkoraknya. Malala pun dilarikan ke Rumah Sakit Queen Elisabeth di Birmingham, Inggris.

Serangan terhadap Malala pun disambut kecaman masyarakat Internasional. Malala pun menjadi simbol perlawanan terhadap upaya Taliban yang melarang perempuan mengenyam pendidikan. Ungkapan simpati pun berdatangan kepada Malala pasca insiden tersebut.

Sebulan sudah Malala berjuang hidup pasca penembakan. Kondisi Malala sejak mendapat perawatan di Inggris semakin membaik. Pekan lalu, beberapa foto dirilis memperlihatkan kondisi Malala yang semakin pulih.

Gadis yang bercita-cita menjadi politikus tersebut nampak tengah membaca buku dan memegang boneka beruang putih. Dia mengenakan kerudung cerah berwarna kombinasi merah muda dan putih. Namun wajahnya masih terlihat pucat, kelopak matanya ditutup lingkaran hitam memar.

Ayah Malala, Zianuddin Yousafzai bersama keluarga lain terus menemani Malala selama menjalani perawatan di Inggris. Pada 26 Oktober lalu, sang ayah mengatakan, putrinya akan bangkit kembali mengejar mimpinya. Ia pun berterima kasih kepada para pendukung dan pemerhatio Malala hingga putrinya tersebut dapat bertahan hidup.

"Saya sangat bersyukur dan kagum semua orang baik pria, wanita dan anak-anak di seluruh dunia tertarik pada Malala. Kami merasa sangat tersentuh dengan harapan orang-orang di seluruh dunia dari semua kasta, warna dan keyakinan," kata ayah Malala.

Pelaku penembakan Malala merupakan seorang komandan Taliban Pakistan yang dikenal kejam, Maulana Fazlullah. Dia bersama anak buahnya menguasai Lembah Swat, tempat kelahiran Malala. Mereka bahkan pernah meledakkan sekolah anak perempuan dan mengesekusi di depan publik dengan kejam.

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement