REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK---Nelayan perahu kecil di Kabupaten Lebak, Banten, selama sepekan terakhir tidak melaut karena cuaca buruk di perairan Samudra Hindia.
"Diperkirakan tinggi gelombang di perairan itu mencapai tiga meter, sehingga perahu kecil tidak bisa melaut," kata Kepala Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuangeun Ahmad Hadi di Rangkasbitung, Selasa.
Ia mengatakan nelayan saat ini terpaksa berprofesi usaha lain untuk menutupi biaya kehidupan keluarga. Mereka bekerja sebagai pengemudi, penggali batu bara, buruh tani dan pedagang. Profesi itu dilakukan saat cuaca buruk menerjang Perairan Samudera Hindia. "Nelayan di sini sudah hal biasa berprofesi usaha lain jika gelombang tinggi," katanya.
Menurut dia, jumlah nelayan perahu kecil atau perahu kincang berukuran 2x1,5 meter persegi dengan mesin beleketek tercatat 500 orang.
Diperkirakan nelayan kehilangan pendapatan sekitar Rp 25 juta per hari jika diakumulasikan Rp 50 ribu. "Kami berharap nelayan bekerja usaha lain sambil menunggu cuaca membaik," katanya.
Hadi menyebutkan akibat gelombang tinggi yang menerjang Perairan Samudera Hindia dipastikan nilai transaksi jual beli ikan di sembilan tempat pelelangan ikan (TPI) menurun.
Kesembilan TPI itu antara lain Binuangeun, Cihara, Sawarna, Panggarangan, Sukahujan, Pulo Manuk, Cibobos, Tanjung Panto dan Cihara.
Akibat cuaca buruk itu dipastikan nilai transaksi November menurun drastis, dibanding Oktober sebesar Rp 1,9 miliar. "Dengan menurunnya pendapatan nelayan tentu berdampak juga terhadap ekonomi keluarga," katanya.
Ia menjelaskan sebagian besar nelayan pesisir Lebak menggunakan perahu kecil di bawah 5 GT dengan jangkauan tiga mil dari pantai pesisir.
Perahu kecil tersebut, tentu tidak tahan jika gelombang setinggi tiga meter.
Tangkapan nelayan Lebak antara lain ikan tuna, tongkol, cue, layur, dan cumi. Bahkan, harga ikan tuna memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. "Semua hasil tangkapan nelayan Lebak, selain dipasok pasar lokal juga ekspor ke Jepang," katanya.
Salah seorang nelayan TPI Bayah Ujang mengaku bahwa dirinya sudah empat hari tidak melaut akibat gelombang tinggi dan tiupan angin kencang. "Kami tidak berani melaut karena cuaca sangat buruk dan membahayakan keselamatan jiwa," katanya.