Rabu 28 Nov 2012 06:13 WIB

Sejak Kapan Gula Menjadi Candu di Dunia?

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Heri Ruslan
pabrik Gula
pabrik Gula

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Manisnya gula merayap ke semua jenis makanan dalam kehidupan sehari-hari kita. Meskipun, kita tahu bahwa terlalu banyak mengonsumsi gula berdampak buruk bagi kesehatan. Tahukah kamu sejarah gula itu?

Sekitar 8.000 Sebelum Masehi (SM), tebu tumbuh menghampar laiknya rumput liar di seluruh dunia. Potensi panen tiga kali setahun menyebabkan pertanian tebu menjadi bisnis yang menguntungkan, sehingga muncul fenomena 'Sugar Rush' di Barbados, Inggris, kawasan pertanian gula terbesar di dunia saat itu.

Gula saat itu laiknya emas, selama berabad-abad dijadikan simbol status. Hanya orang kaya yang bisa mengonsumsi gula.

Profesor Ekonomi Sejarah dari Universitas Hull, David Richardson, memaparkan Inggris mulai memproduksi masal gula untuk pemasukan demi membangun kerajaan. "Gula adalah obyek pengembangan perbudakan di Trans Atlantik," katanya, dikutip dari BBC, Rabu (28/11).

Periode itu menjadi catatan hitam bagi Inggris. Pasalnya, enam juta orang Afrika diperbudak Inggris untuk mengembangkan budidaya dan penyulingan gula di Wilayah Hindia Barat. Pertanian gula membunuh budak dalam jumlah besar.

Para budak disiksa dan dipaksa bekerja melebihi kemampuan mereka. Pemilik perkebunan dan pengawas saat itu kurang memperhatikan kesejahteraan budak. Bahkan, ibu hamil pun dipaksa untuk bekerja di ladang tebu dan tak mendapat asupan nutrisi yang cukup.

Pada 1800an, Inggris memblokade rute perdagangan gula ke Prancis dan Karibia. Kedua negara tersebut akhirnya memiliki pasokan gula yang rendah. Napoleon kemudian berinvestasi 40 pabrik gula dan memonopoli perdagangan tebu lebih dari satu abad di Eropa.

Pada 1850, gula akhirnya membanjiri pasar Inggris dan harganya menjadi turun. Sejak itu, gula terjangkau oleh seluruh masyarakat Eropa. Kini, gula juga terjangkau untuk seluruh masyarakat di dunia.

Awal abad ke-19, penduduk di dunia mengonsumsi rata-rata 12 pon gula per jiwa. Jumlahnya kemudian semakin meroket. Laiknya candu, kini rata-rata penduduk dunia mengonsumsi gula 47 pon per jiwa. Ini termasuk porsi yang berlebihan.

Saat ini, gula telah menjelma menjadi sumber penyakit. "Banyak orang mengalami kerusakan gigi, obesitas, dan tekanan darah tinggi karena gula," kata ahli sejarah makanan, dr Annie Gray.

Pada akhirnya, semua penyakit itu mengantarkan seseorang pada penyakit jantung dan diabetes tipe dua. Gula sekarang begitu mendarah daging dalam makanan. Kelihatannya mustahil seseorang bisa terlepas dari gula.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement