REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilukada DKI Jakarta 2012 yang digelar pada Rabu 11 Juli kemarin, menyisakan beberapa masalah, salah satunya adalah keakuratan lembaga survei yang melakukan penghitungan cepat. Di mata pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, lembaga-lembaga survei belum melakukan survei secara menyeluruh, sehingga hasil surveinya pada Pemilukada DKI menjadi meleset.
Para lembaga survei, kata Ari, tidak menganalisa indirect voters (para pemilih mengambang). Padahal, para pemilih yang mengambang ini jumlahnya banyak dan tinggi. "Lembaga survei tidak mengangkat dari segi tingkat pemilih mengambangnya,"ujarnya saat dihubungi ROL, Ahad (15/7).
Hal itu menurut Ari yang membuat kesalahan prediksi dan meleset. Karenanya, lembaga-lembaga survei pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 mendatang, harus peka dan menyeluruh dengan menganalisis besarnya pemilih mengambang tersebut agar tidak meleset lagi.
"Lembaga survei harus melakukan surveisecara menyeluruh dan menganalisa semuanya," sebut dia.
Ari menjelaskan, selain itu lembaga survei tersebut harus memiliki transaparansi dan keterbukaan pada publik, mengenai dana serta metodologinya. Sebab, menurutnya lembaga survei saat ini banyak yang bekerjasama dengan partai politik ataupun organisasi tertentu.
"Mereka harus mempunyai kode etik yang terpenuhi," tegas Ari mengakhiri.