REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat tidak meyakini adanya siklus banjir lima tahunan di Jakarta. Karena, bencana banjir tak tergantung dengan sebuah periode.
"Banyak orang yang mengatakan bahwa Jakarta akan banjir besar seperti tahun 2007 karena bertepatan dengan 5 tahun, karena perkiraan masyarakat banjir besar di Jakarta terjadi pada 2002, 2007, kemudian akan 2012. Ini pengertian yang salah kaprah. Tidak ada yang namanya banjir 5 tahun yang kemudian akan terjadi kembali setiap 5 tahun sekali," kata Kepala Pusat Data , Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat dihubungi Republika, Rabu (26/12).
Menurut Sutopo, banjir yang terjadi di sekitar Jakarta pada sejak pekan lalu hingga sekarang, khususnya pada daerah rawan banjir menunjukkan bahwa kinerja sistem pengendalian banjir Jakarta belum berjalan secara optimal.
Tebal curah hujan yang terjadi pada saat itu lebih kecil jika dibandingkan dengan curah hujan pada tahun 1996, 2002, dan 2007, dimana pada saat itu wilayah Jakarta terjadi banjir dengan cukup besar. Namun demikian banjir terus terjadi.
Sutopo menjelaskan, dimensi dan masalah banjir di Jakarta terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan banjir tersebut selain karena faktor alamiah juga akibat dari aktivitas penduduk dan penggunaan lahan.
"Kondisi demikian menyebabkan banjir dan pembangunan di Jakarta saling berinteraksi, artinya banjir dapat merusak hasil pembangunan, namun sebaliknya terkadang hasil pembangunan itu sendiri yang menyebabkan terjadinya banjir," katanya.
Menurutnya, Jakarta pada dasarnya memang amat rentan pada ancaman banjir. Selain berlokasi di daerah dataran rendah, bahkan sebagian lebih rendah dari permukaan laut, Jakarta juga dilewati 13 sungai yang semua bermuara di Teluk Jakarta, yaitu sungai-sungai: Mookervart, Angke, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Kalibaru Barat, Ciliwung, Kalibaru timur, Cipinang, Sunter, Buaran, Jati Kramat, dan Cakung.