Kamis 27 Dec 2012 18:52 WIB

Banjir Bikin Distribusi Barang Tertahan, Harga Jadi Melonjak

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Banjir di Thamrin hari ini
Foto: twitter @ekokurniawan
Banjir di Thamrin hari ini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Musibah banjir dan longsor tak hanya berdampak pada lokasi yang dilanda. Secara ekonomi, kedua musibah membuat biaya logistik meningkat, ujungnya harga barang pun naik.

Saat ini biaya logistik naik 10 persen akibat banjir dan longsor yang melanda berbagai wilayah di Indonesia. Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Masita mengatakan kenaikan biaya itu disebabkan distribusi barang yang tertahan dan faktor macet.

Gara-gara banjir, ujarnya, distribusi barang bisa terhambat sekitar satu datu dua hari. "Misalnya untuk sembako, biaya distribusi naik 10 persen. Di daerah harganya jadi lebih mahal biasanya," ujar Zaldi, Kamis (27/12).

Dihubungi terpisah, Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aperindo) Satria Hamid mengatakan pemerintah daerah harus segera memperbaiki jalur distribusi agar tidak terjadi hambatan pengiriman barang. Ia mengatakan di daerah yang terkena longsor seperti Sumatra Barat dan Medan, merupakan jalur penting proses distribusi barang.

Jika tidak segera diperbaiki, kata dia truk dari Jakarta bisa menunggu hingga tiga hari di perjalanan sampai ke tujuan dan mengakibatkan biaya distribusi naik. Meski, ia mengatakan kenaikan biaya distribusi ini belum berdampak serius terhadap kenaikan harga barang di tingkat ritel.

"Harus segera diperbaiki, kalau tidak nanti barang jadi menunggu atau bahkan tidak jadi dikirimkan," ujarnya.

Ia mengatakan dengan hambatan yang terjadi akibat bencana alam ini, di tingkat ritel terpaksa harus menggunakan stok yang ada di daerah masing-masing, tanpa adanya pasokan dari sentra produksi. Jika tidak diantisipasi, hambatan distribusi bisa mengakibatkan kelangkaan barang yang berujung pada naiknya baranang di tingkat konsumen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement