Senin 14 Jan 2013 17:55 WIB

Anas: Ini Undian Nomor Urut, Bukan Nomor Buntut

Rep: Ira Sasmita / Red: Yudha Manggala P Putra
Ketua umum partai demokrat Anas Urbaningrum (kanan) dan Sekjen partai demokrat Edhi Baskoro Yudhoyono (kiri) menunjukkan nomor tujuh saat pengundian nomor urut partai politik peserta Pemilu 2014 di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Senin (14/1).
Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo
Ketua umum partai demokrat Anas Urbaningrum (kanan) dan Sekjen partai demokrat Edhi Baskoro Yudhoyono (kiri) menunjukkan nomor tujuh saat pengundian nomor urut partai politik peserta Pemilu 2014 di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Senin (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum menyambut baik nomor urut 7 (tujuh) yang didapat partainya dalam proses pengundian nomor urut peserta Pemilu 2014, Senin (14/1). Menurutnya, nomor tujuh merupakan anugerah, tetapi bukan berarti harus dimaknai dengan berlebihan.

"Ini undian nomor urut bukan undian nomor buntut. Nomor 7 bukan nomor klenik," kata Anas, usai penetapan nomor urut parpol di Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol 29, Jakarta Pusat, Senin (14/1).

Mantan komisioner KPU itu meyakini, nomor tujuh akan menjadikan Partai Demokrat kembali berjaya pada Pemilu 2014 nanti. Nomor 7 akan mengantarkan Demokrat sebagai parpol yang lebih besar. Yakni besar secara institusi, dan besar kontribusinya bagi rakyat.  

Pada pemilu 2004, dengan nomor urut 9, Demokrat berhasil menjadi pemenang. Begitu juga pada Pemilu 2009, nomor urut 31 kembali mengantarkan Demokrat sebagai partai papan atas. "Maka nomor 7 merupakan keberuntungan Demokrat pada 2014," ucapnya.

Anas optimis, target pencapaian suara Demokrat pada pemilu 2014 akan mengalami peningkatan. Karena melihat pada pemilu sebelumnya, Demokrat menurut dia selalu mengalami kemajuan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement