REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus pelecehan seksual anak banyak terjadi di lingkungan sekolah. Program kecakapan hidup bagi anak-anak sekolah pun mendesak dilakukan.
"Justru pelecehan seksual dilakukan oleh penyelenggara pendidikan, yaitu guru," ungkap Kepala Divisi Anak dan Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta, Bonitha Merlina, Senin (28/1).
Dari data laporan lembaganya, Bonitha mengurutkan klasifikasi pelaku. Mereka didominasi kalangan guru, orang tua, tukang jajanan dekat sekolah, saudara dekat sampai teman dari saudara para korban. Meski belum mau menyebut angka, dia menilik penanganan kasus pelecehan seksual di lingkungan sekolah lebih kompleks.
"Tantangan mengungkapnya cukup tinggi. Mulai dari ancaman nilai atau biasanya guru lain yang diadukan tidak percaya, dan dianggap aib bagi sekolah sehingga ditutupi untuk mempertahankan peminat," cetus Bonitha.
Agar ada solusi pencegahan, PKBI pun merilis punya program Pendidikan Kecakapan Hidup untuk Anak Pra Usia Sekolah. Program yang diperuntukkan bagi anak usia 4-6 tahun ini tujuannya memberikan anak pendidikan kesehatan reproduksi. Sehingga mereka punya informasi mengenai bagian tubuh mana saja yang tidak boleh dipegang atau disentuh orang lain selain orang tua dan petugas kesehatan.
"Kalaupun orang tersebut menyentuh, mereka perlu tanya apa maksudnya disentuh. Kalau mereka tidak nyaman dengan seseorang, mereka harus melapor kepada orang terdekat yang mereka percaya. Mereka juga diajarkan apa yang harus dilakukan jika situasi itu terjadi pada mereka atau teman mereka," jelas Bonitha.
Cara yang diterapkan melalui program tadi terbukti ampuh diterapkan di beberapa sekolah di ibukota medio 2006 lalu. Awalnya dimulai dari sebuah Taman Kanak-kanak (TK) di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat. Kemudian berikutnya dimasukkan dalam silabus pendidikan di TK daerah Petamburan.
Dilanjutkan lagi di 10 TK di Jakarta Timur. Program ini, imbuhnya, bukan sebatas pendidikan bagi anak-anak. Tetapi juga orang tua sebagai sumber informasi utama dan guru di sekolah. Sehingga orang tua tak merasa tabu dengan pendidikan kesehatan reproduksi.
"Program ini sangat efektif. Selama program, banyak kasus yang ditemukan. Beberapa ada kejadian yang langsung terlaporkan sehingga kasusnya tidak berlanjut dan tidak sempat kejadian," jelas Bonitha.
Selain program bagi anak tadi, PKBI menerapkan program pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi untuk remaja. Tantangannya pun serupa, yaitu kekerasan seksual dari orang terdekat.