Rabu 27 Feb 2013 18:42 WIB

Pemkot Tangerang Mengaku Salah Kelola TPA Rawakucing

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Djibril Muhammad
Sampah
Foto: RTC/Rifa Nurfauziah
Sampah

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang mengakui adanya kesalahan dalam pengelolaan sampah di TPA Rawakucing, Kota Tangerang. Sehingga, puluhan ribu warga dari tiga kelurahan Kecamatan Neglasari krisis air layak minum.

"Ini karena kerja pengelola tidak beres, mungkin terjadi pencemaran," Kata Wali Kota Tangerang Wahidin Halim, Rabu (27/2).

Wahidin mengatakan, pengelolaan TPA Rawakucing kurang memperhatikan teknologi. Sekarang ini TPA Rawakucing menggunakan sistem Sanitari Renvill terbuka. Kemungkinan rembesnya air lindi yang mencemari air bersih warga sangat memungkinkan. "Makanya kita akan bangun kolam air lindi," katanya

Kolam lindi nanti itu nanti berada di tengah-tengah TPA, dan akan dibangun tahun ini. Sementara untuk luas dan anggaran, Wahidin belum mau berkomentar lebih lanjut.

Wahidin melanjutkan, selain membuat kolam lindi di TPA Rawakucing. Pemerintah Kota Tangerang ingin memanfaatkan pengolahan sampah menjadi energi listrik. "seharusnya bisa dijadikan energi listrik dari pegolahan gas metan, untuk masyarakat," katanya.

Untuk menanggulangi polusi udara akibat pengolahan sampah, Pemkot Tangerang berencana membuat Hutan Kota  di sekeliling Rawakucing. Dan akan direalisasikan tahun ini juga. Menurut Wahidin, TPA Rawakucing luasnya sekitar 32 Hektar. "Kita siapkan 15 Hektar untuk Hutan Kota," ujarnya.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Tangerang, Affandi Permana mengatakan, Seharusnya Dinas kebersihan punya masterplan seperti sampah yang menumpuk di TPA Rawakucing di kelola sebagai gas metan, dan bisa menjadi energi listrik.

Selain itu TPA Rawakucing bisa dijadikan sebagai hutan kota. "Agar mengurangi pencemaran udara ataupun menambah Ruang Terbuka Hijau di Kota Tangerang," ujarnya.

Paramita, warga RW 02, Kedaung Baru, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang mengharapkan agar pemerintah segera merapikan pengolahan sampah, agar air bersih warga tidak tercemar.

Paramita sudah sepuluh tahun lebih mengandalkan air minum berbayar karena air tanah yang menguning dan berbau. "Pemerintah harus turun, tidak hanya TPA tapi ingat pabrik-pabrik sekitar sini agar tidak sembarangan buang limbah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement