REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Mahasiswi Universitas Surabaya, Stella Christy W, merancang perhiasan dari olahan kulit buah durian seperti kalung, gelang, anting-anting, cincin, dan hiasan rambut.
"Saya memang suka durian. Karena itu, saya sering melihat kulit durian dibuang begitu saja. Padahal, jumlah kulit durian lebih banyak daripada isinya," katanya.
Mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif Ubaya itu menjelaskan pengalaman yang dilihatnya saat membeli durian di Trawas, Mojokerto, itu memunculkan ide baru.
"Karena itu, saya mengajukan tema olahan kulit durian kepada Ibu Maharani Dian Permanasari S.Ds M.Ds selaku dosen pembimbing dan beliau tidak keberatan," katanya.
Bahkan, gadis kelahiran Semarang itu berencana mengembangkan hasil kreasi yang mirip "jewerlly" bernilai mahal itu untuk wirausaha setelah dirinya selesai mengikuti ujian pada 6 Maret.
"Apalagi, proses pembuatannya tidak begitu sulit,'' katanya. ''Karena, kita hanya membutuhkan ketelitian dalam memilih kulit durian yang bebas dari kebusukan ketika dibiarkan dalam beberapa hari."
Namun, kulit durian pilihan itu dicuci lebih dulu sampai bersih tanpa detergen. Kulit durian kemudian didiamkan untuk melihat perubahan warna kulit yang semakin kecokelatan.
"Kulit durian kecokelatan itu dijemur di bawah sinar matahari, kemudian dikukus untuk menghilangkan kandungan air dan getah,'' katanya. ''Kalau dimasak dengan air, itu akan bergetah. Tapi kalau dikukus, itu akan hilang getahnya.''
Tahap berikutnya bergantung dari model perhiasan yang diinginkan. Ada yang ditumbuk, ada yang dirapikan dengan cara digunting sesuai keinginan.
Sebelum dibentuk sesuai keinginan, katanya, kulit durian diberi lem dulu agar tidak mudah pecah saat digunting untuk berbagai model. Akhirnya, model yang dihasilkan itu pun dirangkai dalam berbagai bentuk, apakah trapesium, kubus, segitiga, dan sebagainya.
"Tahap terakhir dikaitkan antara duri satu dengan duri lainnya dengan menggunakan tali senar tipis," katanya.