Jumat 15 Mar 2013 19:31 WIB

SBY Undang Para Tokoh karena Merasa Terpojok

Rep: Ira Sasmita/ Red: Mansyur Faqih
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (file photo)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Langkah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sepekan belakangan dinilai cukup progresif. Dia mengundang tokoh-tokoh penting dari beragam latar belakang ke Istana Negara.

Diawali dengan mengundang mantan Panglima Kopassus Prabowo Subianto pada Senin (11/3). Dua hari kemudian, SBY bertemu dengan tujuh orang mantan jenderal TNI. 

SBY juga kemudian mengundang petinggi Nahdlatul Ulama. Hari ini, langkah SBY berlanjut dengan mengumpulkan pimpinan redaksi beberapa media nasional di istana.

Pengamat politik LIPI, Firman Noor menilai langkah SBY itu sebagai upaya untuk merespon situasi sekarang yang cenderung memojokannya. Karena publik tak melihat SBY sebagai presiden. Namun cenderung mengaitkannya dengan posisinya di Partai Demokrat. 

Sedangkan saat ini situasi partai yang didirikannya itu sedang terguncang. "SBY ingin membuat semuanya menjadi proporsioanl. Dia mengundang pemred, karena kuncinya di situ," kata Firman saat dihubungi Republika, Jumat (15/3).

Menurutnya, media massa merupakan sumber pembuatan opini publik. Kecenderungan media massa di Indonesia saat ini cenderung memojokkan SBY.

Hal ini sama ketika SBY mengundang petinggi NU. Sebagai  organisasi Islam terbesar di Indonesia, SBY perlu menyampaikan bahwa kepemimpinannya tak seperti yang banyak diberitakan saat ini. 

SBY, ujar Firman, ingin menyampaikan kepada masyarakat Islam bahwa sebagai presiden ia akan menjalankan sisa pemerintahannya dengan baik.

Namun, SBY memiliki maksud lain ketika mengumpulkan purnawirawan TNI. "SBY berupaya mengamankan posisi dia hingga 2014," kata dia.

Firman juga melihat ada upaya konsolidasi awal yang dilakukan SBY melalui pertemuannya dengan mantan petinggi militer tersebut. Pembahasan mengenai capres, justru mengindikasikan kalau SBY tengah menyusun persiapan awal menuju pemilu 2014.

"Karena ada kemungkinan Demokrat juga mengusung mantan petinggi militer pada pilpres nanti," paparnya.

Namun, lanjut Firman, apapun upaya yang ditempuh SBY, tidak bisa menjamin bisa mencapai tujuannya. "Efeknya bisa jadi ada semacam perubahan. Tapi kalau akan membalikkan situasi, tidak juga," urainya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement