REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan bemo di Jakarta kini jadi dilema. Pemerintah melalui perda nomor 8 tahun 2007 telah melarang bemo beroperasi karena dianggap menimbulkan polusi udara dan suara.
Hanya saja di sisi lain, kendaraan beroda tiga itu memiliki sejarah panjang sebagai ikon transportasi kota Jakarta.
Berawal dari keprihatinan tersebut, Hendrico Halim, dosen design graphis dari Universitas Tarumanegara bersama dengan Paguyuban Bemo Jakarta (PBJ) menciptakan bio bemo, yaitu bemo listrik yang ramah lingkungan sebagai alternatif kendaraan di ibu kota.
"Karena bemo sudah tidak legal, maka kita cari solusi, kita buat bemo yang tidak bersuara, tidak mengeluarkan asap," ujar Hendrico di halaman Balai Kota Jakarta, Rabu (20/3).
Bio bemo tersebut menggunakan tenaga listrik yang disimpan dalam empat buah aki, masing-masing berkekuatan 12 volt. Dengan kekuatan tersebut, bemo ini dapat melaju sejauh 50 kilometer. Untuk mengisi ulang energi listriknya, cukup dengan me-recharge bemo tersebut ke soket listrik selama delapan jam.
"Kalau pakai aki yang bagus, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ulang daya bisa lebih singkat, sekitar tiga jam saja," jelas dia.
Hendrico mulai berkreasi dengan bemo ramah lingkungan sejak tahun 2011. Awalnya, dia mencoba menciptakan bemo berbahan bakar hydrogen, namun ternyata percobaannya tersebut tidak berhasil.
Barulah pada Agustus 2012 ia dibantu dengan beberapa anggota PBJ merakit bio bemo ini. Hingga akhirnya bemo berenergi listrik itu selesai dirakit pada 13 Februari 2013 lalu.
Secara fisik, bemo yang dapat mengangkut delapan orang ini memang tidak jauh berbeda dengan bemo pada umumnya. Bagian depan, ada dua kursi yang diperuntukkan untuk pengemudi dan satu orang penumpang. Sementara di bagian belakang masih berupa bak kosong karena belum dipasangi jok penumpang.
Perbedaan paling mencolok hanya dari segi warna saja. Kendaraan roda tiga itu dicat dengan warna orange yang terang. Berbeda dengan bemo biasa yang umumnya berwarna biru.
"Total biayanya sekitar Rp 76 juta per unit," ujar dia.