Senin 08 Apr 2013 18:17 WIB

Lebih Menguntungkan, Pemprov DKI Maksimalkan Parkir 'On Street'

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Karta Raharja Ucu
Penataan Lahan Parkir
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Penataan Lahan Parkir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Parkir on street pendapatan Pempov DKI Jakarta  dari tarif parkir terbilang besar. Karenanya, Pemprov DKI akan menerapkan sistem parkir baru dengan tarif progresif.

Pada 2012 Pendapatan Asli Daerah dari parkir mencapai Rp 24,3 miliar. Kepala UPT Parkir Dinas Perhubungan, Enrico Vermy mengatakan, pendapatan terbesar selama ini didapatkan dari parkir on street yang berjumlah 378 ruas jalan. Sedangkan parkir off street lebih sedikit hanya sekitar 5,52 persen dari parkir yang ada.

"Parkir off street yang dikelola kami hanya di Monas, Pasar Baru, Menteng, Blok M, Majestik, Bolevard Barat, Kalideres, dan Ragunan," ujarnya kepada ROL, Senin (8/4).

Sebanyak 772 lokasi dikelola pihak swasta. Dari 772 tempat parkir tersebut, 55 lokasi tidak memungut tarif parkir. Sesuai dengan Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang Zonasi parkir ditentukan menjadi dua yaitu Golongan A dan B.

Zona golongan A telah diterapkan untuk penentuan tarif parkir dengan intensitas kepadatan kendaraan dan kemacetan yang tinggi. Sedangkan zona B adalah penentuan tarif parkir dengan intensitas kepadatan kendaraan dan kemacetan yang lebih rendah.

Meskipun keuntungan parking on street lebih tinggi. Pihaknya tetap optimis sistem baru yang akan digunakan akan menambah PAD karena lebih transparan dan mengurangi kebocoran.

Berbeda dengan saat ini karena cara pengawasan yang kurang efektif untuk mengontrol pemasukan. "Juru parkir yang memegang uang secara langsung saat ini menyebabkan kebocoran pemasukan," ujarnya.

Sedangkan untuk keamanan preman dan parkir liar, pihaknya akan menyerahkan pada kepolisian. Sehingga mereka yang melanggar dapat ditegakkan melalui hukum yang berlaku.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement