Kamis 25 Apr 2013 15:05 WIB

Korea Selatan Ultimatum Pyongyang

North Korean soldiers patrol at a border gate leading to the inter-Korean Kaesong industrial complex, in Paju, north of Seoul April 4, 2013.
Foto: Reuters/Lee Jung-hoon/Yonhap
North Korean soldiers patrol at a border gate leading to the inter-Korean Kaesong industrial complex, in Paju, north of Seoul April 4, 2013.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan membuka babak baru perselisihan di perbatasan dua Korea. Seoul meminta agar Korea Utara membuka diri untuk berdialog dan membuka kembali kawasan kerjasama industri Kaesong.

Permintaan kali ini adalah langkah Presiden Korsel Park Guen-hye untuk menghentikan situasi tegang yang kembali mencuat belakangan. ''Kita tidak bisa membiarkan situasi ini terus menerus,'' kata Juru Bicara Kementerian Unifikasi Korsel, Kim Hyung-suk, seperti dilansir Aljazeera, Kamis (25/4).

Hyung-suk mengatakan, proposal dari Seoul adalah untuk mengajak Pyongyang kembali membuka kawasan kerjasama industri dua negara. Tawaran ini adalah jawaban pascakonsolidasi pelaku industri di wilayah perbatasan itu dengan pemerintahan di Seoul.

Kawasan Kaesong adalah satu-satunya simbol kerjasama dua Korea yang tidak pernah akur. Kawasan demiliterisasi ini berada di 10 kilometer di sebelah utara Korsel, dan masuk dalam teritorial Korut. Setidaknya terdapat 120 perusahaan besar berdiri di kawasan yang dibuka pada 2004 silam ini.

Pelaku industri kebanyakan dari Korsel. Sedangkan Korut menyediakan tenaga kerja. Hubungan imbal balik ini, menyerap tidak kurang dari 53 ribu tenaga kerja yang mayoritas berasal dari Korut. Mereka bekerja dari beragam sektor, mulai dari garmen, hingga industri otomotif, dan infrastruktur.

Pada 2012, tercatat tidak kurang dari 469 juta dolar dihasilkan dari aktivitas kerjasama industri. Aljazeera melansir, nilai akumulasi yang dihasilkan dari Kaesong sejak berdiri mencapai 1,98 miliar dolar. Sementara tingkat kemiskinan Korut juga menurun sejak Kaesong dibuka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement