Kamis 02 May 2013 16:27 WIB

Pemerataan Guru Masalah Serius di Sulawesi Tengah

Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang
Foto: antara
Seorang guru mengajar siswa kelas 2 yang hanya berjumlah lima murid di lantai SDN V Krasak, kec. Jatibarang, Kab. Indramayu, Jabar, Kamis (17/11). Akibat ruang kelas rusak siswa SDN V Krasak terpaksa belajar di rumah huni guru yang terletak di samping bang

REPUBLIKA.CO.ID,PALU--Pemerataan guru dan fasilitas pendidikan masih menjadi masalah serius di Sulawesi Tengah mengingat guru lebih bertumpuk di ibu kota provinsi dan kabupaten/kota, kata anggota Komisi IV DPRD Sulawesi Tengah Sakinah Aljufri di Palu, Rabu.

"Terutama guru matematika. Banyak sekolah yang 'menangis' minta guru matematika," katanya. Politisi perempuan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan selama ini daerah yang paling banyak kekurangan guru terdapat di Kabupaten Sigi yang wilayahnya masih terpencil.

Dia juga mengatakan bahwa ada pula daerah yang memiliki guru tetapi tidak ada rumah dinas guru. Sakinah mengatakan guru tersebut terpaksa pulang pergi hingga belasan kilometer dari tempatnya mengajar.

"Tidak mungkin mereka menginap di rumah penduduk. Bagaimana guru bisa betah mengajar di pelosok kalau tidak ada tempat tinggalnya. Otomatis ini ikut mempengaruhi semangat mengajar," katanya.

Hal yang sama juga dikemukakan anggota Komisi IV Mulyani Ladwan. Dia mengatakan di daerahnya, di Tolitoli juga masih ada beberapa desa yang kekurangan guru. "Lebih banyak guru honor dari pada guru pegawai negeri sipil," katanya.

Dua politisi perempuan di Komisi IV itu berharap agar masalah guru ini bisa menjadi perhatian pemerintah daerah.

Momentum Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2013, kata mereka mestinya menjadi saat introspeksi bagi pemerintah daerah. Selain distribusi guru, fasilitas pendidikan juga perlu menjadi perhatian.

Mulyani Ladwan mengatakan di daerahnya masih ada sekolah yang tidak memiliki jamban.

Selain itu sekolah juga belum memperhatikan keadilan gender dalam membangun jamban, sehingga jamban untuk siswa dan siswi hanya satu.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement