REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Penyelenggaran UN SD dinilai membuat siswa mengejar prestasi. Karenanya, banyak kalangan menilai bukan sistem yang harus dihapus, melainkan menajemen pelaksanaanya perlu penyempurnaan.
Supiah (40), warga Gubeng berpendapat UN tidak perlu dihapuskan. Karena dengan adanya sistem itu, siswa dinilai lebih memiliki tujuan untuk berprestasi bukan hanya sekedar lulus.
“Walau awalnya terpaksa belajar demi kelulusan, namun nanti bisa menjadi kebiasaan yang membuahkan prestasi,” kata Supiah, orang tua murid Jimmy Wardana, siswa SDN Ujung I.
Ia berharap, untuk penyelenggaran UN ke depan, saat anaknya akan menjadi peserta tes tersebut, dapat berjalan lebih baik. Terlebih, adanya tingkat kebocoran soal juga harus diminimalisir. Sebab, ia menganggap, UN dapat menjadi parameter keberhasilan sekolah dan kemampuan belajar siswa.
Namun, selama UN masih diwarnai aksi kecurangan dari pihak sekolah maupun siswa, maka tolak ukur tersebut masih dinyatakan gagal. Ia justru menyayangkan para murid yang nantinya terkena imbas manipulasi nilai oleh para guru.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Ikhsan mengatakan, tidak ada kendala yang berarti dalam persiapan UN SD dan MI tahun ini. Karena, semua naskah soal sudah didistribusikan ke tiap-tiap polsek, Sabtu (4/5). “Nanti pas hari H, tinggal diambil pihak sekolah,” ujarnya.
UN SD di Surabaya pada 6 sampai 8 Mei besok akan diikuti 42.318 siswa, sedangkan Madrasah Ibtidayah (MI) sebanyak 3.952 siswa. Kemudian, jumlah sekolah yang menyelenggarakan ujian tersebut sebanyak 808 SD dan MI.