REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dan Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti mengamati isu tentang rekening gendut oknum anggota polisi bukan isapan jempol. Menyusul mencuatnya kasus rekening fantastis Aiptu Labora Sitorus (LS) dari Papua.
''Bila melihat gaya Djoko Susilo dan terakhir (Aiptu) Labora Sitorus,'' kata Ray saat dihubungi Republika melalui sambungan telepon di Jakarta, Selasa (21/5).
Ray mengatakan data mengenai rekening gendut tersebut kemungkinan besar bisa terlacak jika ada lembaga yang berani untuk melakukan pelacakan. Dalam konteks ini harus lembaga yang melakukannya.
Dalam pelacakan ini seharusnya dibutuhkan peran penting Presiden untuk lakukan reformasi. Ini terkait dengan kemauan politik presiden. Jika tidak ada kemauan tersebut, niscaya reformasi kepolisian akan terus menerus mandeg. Ditambah dengan kesembronoan mereka (polisi) dalam penegakan hukum dan HAM.
Ray mengungkapkan munculnya kasus dugaan oknum anggota polisi dengan rekening gendut diperkirakan akan menjadi lembaga cemoohan publik. ''Ini tidak lama lagi jika institusi tersebut tidak berbenah,'' ujar Ray.
Efeknya, ketidakpercayaan yang meluas bahkan tarikan agar Polisi kembali di bawah tentara akan muncul. ''Lihat saja gejalanya, ketika RUU Kamnas mulai digodok,'' kata Ray. Akibatnya tidak banyak pihak yang mempertanyakan luasnya peran tentara dalam pengamanan. Sementara polisi menyempit bahkan terkesan akan dipinggirkan.
Ray menegaskan ini merupakan reaksi alamiah atas jebloknya kinerja kepolisian. Oleh karena itu, reformasi kepolisian secepat mungkin harus dilakukan dengan didukung ketegasan presiden yang jarang ditemui.