REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nyaris tiga bulan peristiwa longsor di Big Gossan, PT Freeport di Tembagapura, Mimika, Papua yang terjadi pada Selasa (14/5) berlalu.
Sebanyak 28 orang tewas dalam kejadian nahas tersebut. Tercatat pula sepuluh orang harus mendapatan perawatan intensif di rumah sakit.
Proses evakuasi kepada seluruh korban telah selesai. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (SDM) investigasi dibantu tim khusus PT Freeport melakukan investigasi.
Tak ketinggalan kepolisian juga ikut andil dalam proses penyelidikan tersebut, Kepolisian Daerah (Polda) Papua diketahui menerjunkan tim dari Direktorat Reserse dan Kriminal (Direskrim) untuk mengusut hal tersebut.
Kapolda Papua Irjen Tito Karnavian mengatakan, hingga saat ini kepolisian belum menemukan indikasi kesengajaan dalam insiden tersebut. Kelalain perusahaan Freeport dalam musibah tersebut menurutnya tak ditemukan.
“Kami belum temukan hingga investigasi terakhir,” ujar Tito di Mabes Polri Jakarta Selatan Rabu (13/6).
Menurut dia, investigasi tersebut didapatkan dari hasil kerja sama tim pencari fakta yang mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi dan analis lokasi kejadian.
“Dari Polda sekian, untuk unsur pemeriksaan lainnya ada di tim ESDM,” kata Tito.
Sebelumnya, 38 penambang training PT Freeport yang sedang mengadakan pelatihan di ruang 11 QMS Gosan bawah tanah, di Kabupaten Mimika Papua tertimbun reruntuhan batu dan bangunan. Tanah di atas ruang kelas seluas 5 x 11 meter yang digunakan sebagai tempat latihan tiba-tiba runtuh dan menimpa para pekerja di dalamnya.
Akhirnya, ruangan yang berada di kedalaman tanah puluhan meter itu tertutupi oleh longsor dan menyebabkan para pekerja terkubur di dalamnya selama berhari-hari.
Dua pekan berselang, seorang pekerja PT Freeport juga harus mengalami nasih buruk. Supir truk pengangkut di kawasan PT Freeport ini tewas setelah dia tertimbun lumpur basah yang mengubur dia dan kendaraannya. Alhasil korban tewas akibat menderita saluran nafas yang tersumbat gumpalan lumpur.