REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak jelasnya tanggal tepat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinilai membuat praktik penimbunan marak terjadi.
Anggota Komisi VII DPR RI Rofi Munawar berpendapat penimbunan dan lonjakan pembelian BBM subsidi, karena ketidaksiapan pemerintah mengawal kondisi ini.
“Mitigasi resiko pemerintah dalam mengantisipisi rencana kenaikan harga BBM tidak maksimal,” kata dia kepada Republika Kamis (20/6) siang.Menjelang kenaikan, kata dia, penimbunan BBM banyak terjadi. Permintaan di banyak SPBU pun naik menjulang.
Legislator dari Jatim VII ini menuturkan, Pemerintah harus bertindak dengan cepat terkait berbagai kelangkaan BBM di berbagai daerah, hal ini terjadi akibat respon yang lambat dan reaktif dalam mengantisipasi rencana yang dibuatnya sendiri.
Kondisi yang tidak menentu akan menyebabkan maraknya penyelewengan, konsumen membeli panik, dan efek buruk yang semakin luas. ''Hal itu melihat banyaknya penimbun yang tertangkap,'' ujar dia.
Pertamina merilis bahwa peningkatan pembelian BBM bersubsidi paling tinggi dalam 3-4 hari terakhir ini, yakni sekitar 4 persen dari kebutuhan normal.
Adapun antisipasi Pertamina mengklaim telah memiliki persediaan BBM untuk 20 hari kedepan dan telah menambahkan persediaan 10 % lebih besar dari hari biasanya.
Asumsi makro APBN-P 2013 disepakati DPR pada hari Senin (17/6) lalu. Pemerintah pun akan menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Premium akan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500.Sedangkan BBM jenis Solar naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500. Hanya, pemerintah belum menetapkan tanggal kenaikan harga tersebut.